Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Hangry: Perpaduan Antara Rasa Lapar dengan Kemarahan

Redaksi
×

Hangry: Perpaduan Antara Rasa Lapar dengan Kemarahan

Sebarkan artikel ini

Snickers menjadikan istilah hangry untuk memasarkan produknya, “Lo Rese Kalo Lagi Laper.” Masih ingat iklan ini?

BARISAN.CO – Mungkin di antara kita ada yang pernah menahan rasa lapar saat waktu-waktu genting. Namun, jangan salah, ternyata menjadi lapar membuat orang mudah marah.

Sebuah studi terbaru mengonfirmasi hubungan antara menjadi lapar dengan keadaan emosional. Mengutip Study Finds, para peneliti di Eropa menemukan, rasa lapar benar-benar menyebabkan lebih banyak kemarahan dan mudah marah. Istilah hangry atau perpaduan antara kata lapar dan marah yang menjadi ungkapan populer dalam dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2015, kata hangry ditambahkan ke Oxford English Dictionary. Istilah ini kemudian booming. Kemungkinan, menjadi referensi bagi iklan Snickers, “You’re Not You When You’re Hungry” atau di Indonesia, “Lo Rese Kalo Lagi Laper”. Iklan itu mengolok-olok kepribadian seseorang yang berubah ketika mereka lapar dan menyelesaikannya dengan memakan Snickers.

Penulis studi dari Anglia Ruskin University dan Karl Landsteiner University of Health Sciences menyebut, kelaparan tidak hanya meningkatkan kemarahan dan lekas marah, namun juga menurunkan tingkat kegembiraan seseorang.

Selama penelitian, para peserta mencatat tingkat rasa lapar dan perasaan mereka di aplikasi smartphone khusus lima kali sehari selama 3 minggu. Aplikasi tersebut memungkinkan para ilmuwan untuk mengumpulkan data sementara peserta menjalani kehidupannya.

Hasilnya, ketika peserta merasa lapar, mereka mengalami perasaan marah dan mudah marah begitu kuat serta merasa kurang senang. Tim mengatakan, hubungan itu begitu kuat setelah memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, diet setiap orang, dan ciri kepribadian unik masing-masing peserta.

Secara keseluruhan, para peneliti menyatakan, kelaparan menyumbang sekitar sepertiga dari varian kesejahteraan emosional seseorang sepanjang hari. Diantaranya adalah menyumbang 37 persen iritabilitas, 34 persen kemarahan, dan 38 persen penurunan kesenangan ketika seseorang menginginkan camilan.

Penulis studi menambahkan, rasa lapar bahkan dapat meninggalkan sisa-sisa yang berdampak pada emosi manusia selama berminggu-minggu setelahnya.

“Banyak dari kita yang sadar, rasa lapar dapat memengaruhi emosi, tetapi hanya sedikit penelitian ilmiah yang berfokus pada menjadi lapar,” kata penulis utama, Profesor Psikologi Sosial di Anglia Ruskin University, Viren Swami.

Viren melanjutkan, studi itu adalah studi pertama yang meneliti keadaan hangry di luar lab.

“Dengan mengikuti orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, kami menemukan, rasa lapar berhubungan dengan tingkat kemarahan, lekas marah, dan kesenangan,” lanjutnya.

Viren menjelaskan, meski penelitian tersebut tidak menyajikan cara mengurangi emosi negatif, namun itu dapat membantu orang lain mengenali saat lapar, orang bisa menjadi marah.

“Oleh karena itu, kesadaran tentang rasa lapar dapat mengurangi kemungkinan yang menghasilkan emosi dan perilaku negatif dari individu,” ungkapnya. [rif]