Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Hati-hati di Internet, Makin Banyak Penipu Bermodal Cinta

Redaksi
×

Hati-hati di Internet, Makin Banyak Penipu Bermodal Cinta

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COBerkenalan secara daring dengan seseorang, kemudian mencoba berhubungan dengan baik, rasanya hal yang lumrah terjadi. Namun bagaimana jika seseorang yang dipercaya sebagai kekasih itu ternyata seorang penipu?

Pandemi membuat banyak orang terjebak di dalam rumah. Kesepian menjadi masalah yang tak terhindarkan bagi mereka yang jauh dari keluarga dan sanak saudara.

Memang ada yang akhirnya menemukan pasangannya melalui media sosial dan akhirnya menikah, namun ada juga yang tertipu olehnya.

Seperti dilaporkan, penipuan asmara termasuk di antara sepuluh penipuan teratas di Kanada menurut Pusat Anti-Penipuan Kanada. Kedok ini telah merugikan lebih dari $18,5 juta pada tahun 2020.

Namun angka itu masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan Amerika. Di tahun 2018, berdasarkan data dari Federal Bureau of Investigation, ada sekitar 49.031 orang di California tertipu dan kehilangan uang sekurangnya US$450,4 juta.

Di New York, sekitar 18.124 orang rugi dengan jumlah US$201,9 juta, dan Texas 25.589 orang dengan jumlah uang US$199,6 juta.

Situs scamdigger.com di tahun 2018 menemukan sekitar 50% penipu berasal dari negara-negara Afrika, khususnya Nigeria (30%) dan Ghana (13%), kemudian 16% dari Asia (Malesia, Turki, India, Filipina), dan negara-negara berbahasa Inggris (Inggris Raya dan Amerika Serikat).

Teknik yang dilakukan oleh pelaku untuk memangsa korbannya diawali dengan pertemuan melalui media sosial atau situs kencan. Kemudian, pelaku akan mencoba mengembangkan hubungan dengan korbannya, terkadang menghabiskan beberapa bulan untuk meyakinkan korban merasa mereka berada dalam hubungan romantis.

Pelaku mengatakan berada jauh dari korban sehingga ia ingin sekali bertemu secara langsung. Namun, mereka beralasan tidak mampu melakukan perjalanan dan meminta korban untuk mengirimkan bantuan.

Adapun cara lain yang sering dilakukan seperti adanya keadaan darurat, karena anggota keluarga yang sakit sehingga memerlukan pertolongan. Permintaan semacam ini kebanyakan berupa uang yang dikrimkan oleh korban dan tak jarang dalam jumlah yang sangat besar.

Bisa juga dengan menawarkan untuk mengirim uang yang bisa menjadi cara untuk mendapatkan rincian bank korban atau informasi keuangan lainnya. Teknik seperti ini sering ditemui sehingga perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk berhati-hati.

Tidak banyak orang yang melapor setelah menjadi korban penipuan dengan kedok romantisme seperti ini. Setidaknya seperti survei di Inggris, hanya 0,65% laporan telah ditipu dan 2,28% laporan mengetahui seseorang yang pernah ditipu daring. Sialnya, jika pelaku merasa aman seperti itu, ia akan terus mencari korban yang baru.