Studi University of Arizona mengungkapkan, ketergantungan smartphone mengakibatkan rasa kesepian dan depresi lebih tinggi pada orang dewasa.
BARISAN.CO – Merasa kesepian berdampak bagi kesehatan mental. Terutama jika perasaan itu sudah berlangsung lama. Beberapa penelitian mengaitkannya dengan depresi, kecemasan, rendahnya harga diri, masalah tidur, dan meningkatnya stres.
Banyak orang berjuang karena hidup sendiri atau sebagian besar hari-harinya sendirian. Yang lain, dikelilingi orang-orang, namun tetap merasa kesepian di tengah keramaian. Dalam kedua kasus tersebut, umumnya disebabkan kurangnya koneksi yang datang melalui hubungan.
Sebuah penelitian menemukan, kesepian meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Sebuah analisis Harvard University menyebut, anak berusia 18 hingga 22 tahun (Gen Z) sebagai generasi paling kesepian. Data juga mengungkapkan, kesepian meningkat selama pandemi di antara orang dewasa berusia di bawah 25 tahun, orang yang lebih tua, perempuan, dan individu yang berpenghasilan rendah paling merasakan efeknya.
Sebuah penelitian baru-baru ini juga menemukan, menjadi tidak bahagia atau kesepian lebih mempercepat proses penuaan daripada merokok. Tim peneliti melaporkan, percepatan penuaan itu di antara orang-orang dengan riwayat stroke, penyakit liver, dan paru-paru serta mereka dengan kondisi mental yang rentan.
Banyak ahli sepakat, akses teknologi, khususnya smartphone mencegah kita membuat koneksi dengan orang lain. Sudah menjadi kebiasaan untuk menggapai smartphone kapan pun saat luang dan perilaku ini justru memperburuk kesepian. Studi University of Arizona mendukungnya dengan temuan bahwa ketergantungan smartphone mengakibatkan rasa kesepian dan depresi lebih tinggi pada orang dewasa.
Para ahli juga menegaskan, terlalu banyak mengakses media sosial dapat menyebabkan kerugian emosional. Pengguna berat media sosial tiga kali lebih mungkin merasa terisolasi secara sosial ketimbang pengguna biasa. Media sosial juga bisa membuat orang melewatkan acara sosial yang berarti mereka akan mengalami perasaan terkucilkan, stres, dan tidak aman.
Ada berbagai cara untuk mengatasinya, misalnya menghubungi teman lama karena ini cenderung lebih mudah ketimbang harus mencari teman baru. Kemudian, bisa juga bergabung dengan komunitas sehingga tidak ada waktu untuk merasa kesepian.
Mempelajari hal baru tampaknya juga menyenangkan, selain dapat keterampilan baru, ini akan membantu kita merasa lebih baik dengan bertemu orang baru. Selanjutnya, bisa dengan terlibat aksi kebaikan. Banyak penelitian membuktikan, berbuat baik akan membantu kita merasa bahagia dan cara ini juga akan menanggalkan rasa kesepian.
Apabila itu tidak juga berhasil, kita mungkin membutuhkan profesional untuk membantu. Sebab, terapis dapat membantu menemukan penyebabnya.