BARISAN.CO –Hipertensi atau dikenal tekanan darah tinggi disebut sebagai the sillent killer. Pasalnya penyakit ini kerap menjangkiti masyarakat tanpa gejala apapun.
Seringkali penderita datang ke fasilitas kesehatan saat sudah mengalami komplikasi. “Kontributor utama” penyakit jantung dan stroke ini memang bisa merusak otak, jantung, ginjal, dan mata secara diam-diam. Selain itu berakibat pada pembuluh darah arteri perifer.
“Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” kata Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH, FINASIM.
Menurutnya banyak orang yang menderita gagal ginjal, jantung dan stroke berawal dari hipertensi yang tak terkontrol dengan baik. Kini hipertensi menjadi masalah global karena menyebabkan kematian tertinggi di dunia.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) 2015 menyebutkan 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat pada 2025 menjadi 1,5 Miliar dan kematiannya mencapai 10,44 juta orang.
Di Indonesia sendiri sebanyak 63 juta lebih orang menyandang hipertensi, sedangkan angka kematiannya sebesar 427 juta. Berdasarkan laporan BPJS pada 2019, obat anti hipertensi dan diabetes paling banyak menyerap biaya obat di BPJS Kesehatan.
Fakta tersebut seolah mengamini pernyataan mantan Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada 2017 lalu yang menyebut BPJS Kesehatan banyak diserap penyakit seperti hipertensi.
Bahkan di masa pandemi Covid-19, hipertensi menjadi penyakit penyerta (komorbid) tertinggi pasien infeksi corona di Indonesia. Persentasenya sebesar 50,5 persen, disusul dengan diabates yang hanya 34,5 persen.
Artinya kasus hipertensi di Indonesia memang memprihatinkan.
Tingginya jumlah penderita hipertensi di Indonesia ini sebenarnya tak mengherankan. Sebab, masyarakat Indonesia gemar konsumsi makanan gurih atau kolaborasi asin dan manis, serta berlemak.
Selain itu gaya hidup tidak sehat lainnya, seperti malas berolahraga, terlalu banyak konsumsi kafein, kurangnya asupan buah dan sayuran.
Apakah Hipertensi Bisa Sebabkan Orang Marah-Marah?
Masyarakat Indonesia percaya jika darah tinggi bisa menyebabkan marah-marah. Menurut dr. Reisa Broto Asmoro keyakinan tersebut tidak benar.
“Kalau kita mau kaitkan darah tinggi dengan marah-marah, itu bukan gara-gara kamu punya penyakit darah tinggi terus tiba-tiba kamu marah-marah, sebenarnya kalau kita marah-marah bikin kita stres. Pasti banyak hormon yang keluar bekerja sehingga bisa tingkatkan kerja jantung jadi lebih cepat, salah satunya adalah hormon adrenalin. Jadi akhirnya jantungnya cepat, otomatis efek panjangnya bisa bikin darah tinggi,” papar dr. Reisa.
Kesimpulannya bukan darah tinggi yang sebabkan orang marah-marah, melainkan marah-marah yang bisa memicu hipertensi.
Menurut penelitian, pada saat marah-marah, jantung akan bekerja keras secara tiba-tiba. Kemudian jantung akan memompa darah lebih kuat dan darah yang mengalir menjadi lebih banyak setiap detiknya dibandingkan dalam keadaan normal.
Saat marah, pembuluh darah juga akan kehilangan kelenturan dan berubah jadi kaku. Akibatnya, pembuluh darah tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri.
“Nah, kondisi saat peredaran darah berlebih ditambah pembuluh darah kaku ini yang menyebabkan tekanan darah jadi meningkat dan menyebabkan risiko hipertensi,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal Hipertensi Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD-KGH yang disiarkan di Instagram Mayapada Hospital, kemarin (17/5/2021).