Harapan sang nabi Adam terwujud manakala Allah yang maha tahu mengetahui harapan Adam. Maka diciptakanlah pasangan untuk Adam yakni Hawa yang diciptakan dari tulang rusuknya sang Adam. Inilah anugerah terbesar Adam, kenikmatan yang paling mulia dan besar selain kenikmatan surga itu sendiri. Hingga keduanya menikmati segala kenikmatan yang ada di surga bersama-sama penuh jalinan cinta.
Bahkan jika kita ingin menelisik dibalik penciptaan Hawa ada simbol keseimbangan dan menjadi karakter manusia itu sendiri. Karakter tersebut adalah, “Seorang laki-laki jika di sakiti, maka ia akan membenci dan sebaliknya jika wanita di sakiti, maka ia akan bertambah sayang dan cinta.”
Inilah mengapa Hawa diciptakan untuk Adam pada saat Nabi Adam tertidur. Andai saja Hawa diciptakan pada saat terjaga, maka bisa jadi Adam akan merasakan sakit yang keluar dari sulbinya. Barang tentu rasa sakit itu, akan menjadikan Adam membenci Hawa. Namun Hawa diciptakan pada saat Adam tertidur, supaya Adam tidak merasakan rasa sakit, hingga Adam tidak membenci Hawa.
Sementara itu seorang wanita pada saat melahirkan dalam kondisi terjaga, seakan kematian itu dekat dengan dirinya. Maka wanita akan semakin memiliki rasa sayang dan cinta kepada anaknya, bahkan hidupnya pun dipertaruhkan. Inilah mengapa sosok wanita pada saat akan melahirkan ia terjaga, supaya ia merasakan sakit dengan rasa sakit itu ia akan merasakan rasa cinta yang dalam.
Ini juga keseimbangan dan berpasang-pasangan, ada tertidur dan terjaga, sakit dan benci dan semua ada tanda-tanda bagi orang yang benar-benar mengoptimalkannya untuk berpikir. Meresapi apa yang ada pada dirinya untuk kebaikan dan bekal dirinya, bukan untuk orang lain tapi berpikir untuk dirinya sehingga ia tahu sesungguhnya siapa dirinya.
Mari kita kembali kepada cerita Nabi Adam dan Hawa. Adam sangat perkasa di surga, laki-laki penguasa di surga. Ia seperti anak kecil yang menerima bermacam kebahagiaan sehingga ia menemukan kebahagiaannya. Namun di balik kegembiraan dan tawanya, ada batin yang tersiksa berbaur luka. Bagaimana ia tidak bersedih, ketika melihat temanya di surga, seekor monyet yang bermain bersama. Burung yang memadu kasih di sungai, dan berbagai hewan yang berpasang-pasangan menjalin kebersamaan dalam ikatan cinta.
Maha suci Allah yang telah menciptakan Hawa untuk Adam supaya dapat memberikan ketentraman hidup di surga. Hingga pada waktunya kebahagiaan itu diuji Allah, Adam dan Hawa menuju bumi yang akan menjadi tempat di mana ia akan membangun rumah tangga cinta. Namun diturunkannya ke bumi, bukannya bersama namun terpisah. Keduanya merasakan hidup kesendirian. Coba kita bayangkan dan sulit kiranya kita gambarkan apa yang dilakukan keduanya, di tempat yang terpisah. Kisah perpisahan tersebut dialami selama 500 tahun.