Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Keindahan Cinta Adalah Berpasangan

Redaksi
×

Keindahan Cinta Adalah Berpasangan

Sebarkan artikel ini

Pada suasana itu rasa rindu itu memuncak, adam benar-benar merasakan rindu yang teramat dalam. Iapun mencarinya, hingga pada waktunya Allah memerintahkan Adam untuk melaksanakan haji ke Makkah. Dalam kitab Ara’is al-Majlis karya Al-Tsa’aibi, Allah memberikan wahyu kepada Adam;

Aku memiliki tanah haram (terhormat) dalam posisi sejajar dengan singgasana-Ku (Arasy). Karena itu, datanglah kesana dan berkelilinglah (thawaf) sebagaimana dikeklilinginya singgasana-Ku. Shalatlah di sana sebagaimana dilaksanakan shalat di sisi singgasana-Ku. Disanalah Aku memperkenan doamu.

Tentu saja Adam tidak tahu tempat di mana Makkah itu, maka Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk membimbing Adam. Menurut Imam Thabari, ia meriwayatkan bahwa Nabi Adam berangkat dari India berangkat menuju Makkah, untuk menjalankan perintah Allah dan mencari Hawa. Keduanya mendekat di Mudalifah (mendekat), lalu mengetahui dan sling mengenali di Arafah.

Kedunyapun dipertemukan di Jabal Rahmah yang memiliki arti bukit dan bermakna gunung kasih sayang. Jabal Rahmah inilah umat Islam meyakini sebagai tempat pertemuan antara Adam dan Hawa. Jabal rahmah ini terletak di Arafah. Hingga sekarang ini pada setiap melakukan Haji pada tanggal 9 Dzhulhijah digunakan wukuf sebagai rangkaian ibadah haji.

Sungguh rasa itu teramat dalam, dipertemukan dalam suasana haji. Maka ketika kita berhaji, tentu saja akan terbayang peristiwa yang luar biasa tersebut, bagaimana rasa rindu terpendam lama dan bagaimana cinta itu dipisahkan. Di tempat inilah keduanya membangun mahligai rumah tangga yang kemudian keturunannya menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Maka nilai cinta pada ibadah haji itu seluruh keturunan Adam dan Hawa yang telah tersebar di seluruh dunia untuk berkumpul melaksanakan Ibadah Haji sebagaimana Adam diperintahkan melaksanakan Ibadah Haji supaya rasa rindu itu dapat terobati. Ibadah haji menjadi tempat bertemunya kakek dan nenek moyang keturunan manusia. Dengan demikian pada saat wukuf di Arafah rasanya seperti mudik ke kampung halaman.

Ketika seluruh keturunan Adam dan Hawa yang melaksanakan ibadah haji, ternyata mereka telah menjadi berbeda-beda. Dengan beragam bahasa dan bangsa yang berbeda baik suku, adat, makanan maupun pakaian. Namun pertemuan kebersamaan itu bentuk-bentuk perbedaan itu harus ditinggalkan, hingga semuanya disuruhkan mengenakan pakaian ihram. Serba putih, suci seperti cinta Adam dan Hawa.

Maha suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan cara berpasang-pasangan, supaya kita benar-benar merasakan dan dapat menjalin cinta. (Luk)