Perempuan mengalami lebih banyak perilaku tidak beradab dan kasar dari perempuan lain di tempat kerja. Apa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut?
BARISAN.CO – Belum lama ini, saya bertemu seorang teman. Dia bercerita, di tempat kerjanya menerima perlakuan kasar dan dikucilkan dari teman kerjanya yang juga sama-sama perempuan. Awalnya hanya satu orang, namun satu orang itu kemudian mencari komplotan untuk mengucilkan teman saya tersebut. Bahkan, yang mengucilkan teman saya itu sering kali mengolok-olok di belakangnya.
Mendengarkan cerita itu membuat saya merasa aneh. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki masalah itu mengeroyok teman saya tersebut? Kemudian, saya pun menemukan jawabannya.
Perempuan mengalami lebih banyak perilaku tidak beradab dan kasar dari perempuan lain di tempat kerja, menurut sebuah studi dari University of Arizone.
Allison Gabriel, asisten profesor manajemen dan organisasi di Eller College of Management di University of Arizona menjelaskan, sementara laki-laki di balik sebagian besar pelecehan seksual, perempuan justru lebih banyak mengalami kekasaran di tempat kerja dari perempuan lain.
Para peneliti bahkan mengestimasi biaya kerugian yang ditimbulkan dari ketidaksopanan di tempat kerja hingga US$14.000 per karyawan bagi pemberi kerja.
Budaya tempat kerja yang buruk menghasilkan tingkat turnover yang lebih tinggi, yang menaikkan biaya untuk mencari dan melatih pekerja baru dan dapat mengakibatkan tuntutan hukum jika perlakuan buruk itu juga diskriminasi dan undang-undang lainnya.
Sementara, beberapa tahun lalu, dalam wawancara dengan majalah InStyle, aktris, Jennifer Aniston mengungkapkan, dia telah diperlakukan lebih buruk secara verbal dan penuh semangat oleh beberapa perempuan ketimbang laki-laki di industri perfilman.
Faktanya, perempuan memang melaporkan lebih banyak kekasaran dari rekan kerja perempuannya daripada rekan laki-laki. Hal itu terungkap dari penelitian yang diterbitkan Journal of Applied Psychology.
“Perempuan, daripada membangun satu sama lain dan membantu, kadang-kadang kita saling menjatuhkan,” kata Allison kepada Today.
Menurutnya, itu bermasalah dan para korban mengatakan tidak puas di tempat kerjanya.
“Hal itu juga dapat tercermin dalam kesejahteraan mereka,” ujarnya.
Dia menyebut, perempuan yang tegas, bertanggung jawab, mendelegasikan, atau angkat bicara yang dianggap sebagai pemimpin yang baik justru mengalami sikap kasar dari perempuan lain. Mereka menjadi sasaran komentar tajam, diabaikan atau dikucilkan, atau juga diperlakukan dengan tidak hormat.
Alasan Perempuan Bersikap Kasar kepada Perempuan Lain
Salah satu alasan perempuan bersikap kasar kepada perempuan lain adalah karena sering menganggap mereka sebagai pesaingnya di tempat kerja.
“Jadi, daripada saya membandingkan diri saya dengan rekan kerja laki-laki dalam hal, seperti kenaikan gaji atau promosi, saya lebih cenderung membandingkan diri saya dengan perempuan lain,” jelas Allison.
Sementara itu, perempuan dipandang harus bersikap manis dan baik hati, di saat mereka lebih asertif, perempuan lain sulit menerimanya, kata Erika Holiday, psikolog dan salah satu penulis, “Mean Girls, Meaner Women Backstab, Betray and Trash Talk Each Other and How to Heal.”
Penjelasan lainnya, adalah perempuan sering kali merasa lebih aman untuk melampiaskan agresinya kepada perempuan lain daripada ke laki-laki, tambah Erika.
Lalu, bagaimana jika kita menjadi target kekasaran tersebut? Allison dan Erika menyarankan agar angkat bicara. Pelaku mungkin tidak menyadari bagaimana perilakunya tersebut. Kita bisa memulai dengan mengatakan, “Saya perhatikan saya tidak disertakan dalam obrolan ini, apaka ada alasannya? Apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan? Saya khawatir dengan hubungan kita.”