Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Kendeng: Mas Print dan Mbak Nah …

Redaksi
×

Kendeng: Mas Print dan Mbak Nah …

Sebarkan artikel ini

Sebuah aksi yang menggemparkan publik, terutama pengguna media sosial. Simpati publik berdatangan. Sore itu, aksi hari kedua ibu-ibu pun berakhir. Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Komnas Hak Asasi Manusia (HAM), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Teten Masduki, dan Pratikno menemui ibu-ibu Kendeng usai pukul 16.30. Teten dan Pratikno berjanji mempertemukan ibu-ibu Kendeng dengan Presiden Joko Widodo sepulang melawat dari Eropa.

Setelah mendapat kepastian dari Istana, para ibu membongkar satu per satu cor semen di kaki masing-masing.

Mas Print semangat menjelaskan. Dia mengakhiri cerita usai azan subuh bersahut-sahutan. Lalu, kami istirahat. Mas Print juga.

Pukul 09.00, kami pamit, hendak melanjutkan perjalanan ke Blora. Namun sebelum meluncur ke Blora, Exsan menggiring kami mampir ke rumah Sukinah. Sukinah, saya memanggil dia Mbak Nah, satu dari sembilan ibu perkasa yang mengecor kaki di depan Istana Negara.

Mbak Nah memang luar biasa. Saya tak tahan mendengar tutur katanya yang mengandung kekuatan sekaligus keikhlasan kepada Tuhan. “Pokoke, aku iklas. Mesti Kendeng ndherekke (Pokoknya, saya ikhlas. Pasti Kendeng menyertai),” kata Mbak Nah.

Deg! Jantung saya seketika berdetak kencang. Saya tak menyangka seorang petani desa, berpendidikan rendah, memiliki kualitas batin yang dahsyat. Dia kukuh menolak pendirian pabrik semen.

Pukul 11.00 kami bertolak dari rumah Mbak Nah. Rumah yang menyimpan kualitas spiritual mengagumkan. Spirit yang hanya takluk pada Tuhan. Bukan mundhuk-mundhuk pada korporasi semen dan pemerintah yang bodoh. Juga bukan kepada para kiai yang ternyata gampang menerima uang semen. “Masalah Kendeng iki, aja diserahke marang kiai. Kudu awake dhewe sing gerak,” sambung Mbak Nah.

Ya, Mbak Nah. Sungguh, saya tak sanggup melukiskan keluhuran budi dan keikhlasannya. Keihklasan berkorban demi masa depan Tegaldowo, Timbrangan. Masa depan Rembang. Masa depan Jawa.