Barisan.co – Sudah tiga minggu ini ketika diperhatikan Maryam selalu terlihat murung dengan muka datarnya. Sekilas ia nampak menua lebih cepat meski umurnya sama dengan anak kuliahan. Ketika diajak interaksi oleh tetangga pun tak ada sedikit senyum tersungging dari bibirnya, mimiknya tetap datar.
Semenjak lima bulan yang lalu ia menikah dengan pria pujaannya, namun sang suami lebih banyak tidak di rumah. Hanya tiga hari dari satu bulan, selebihnya dihabiskannya di luar pulau dengan pekerjaannya.
Hal yang sama dirasakan oleh Rian, ia terkenal sebagai karyawan yang giat bekerja, dan fokus dengan apa yang dikerjakannya. Kadang, saking semangatnya dalam bekerja hingga lupa waktu.
Namun nampaknya sudah beberapa hari ini fokus Rian terpecah, beberapa pekerjaan tak mampu diselesaikannya dalam waktu yang biasa ia tempuh untuk mengerjakannya. Teman-temannya sering melihat bahwa sorot matanya nampak memikirkan banyak hal, hingga pekerjaannya sendiri kadang tak tersentuh.
Apa yang dialami oleh Maryam dan Rian adalah contoh dari pribadi yang sedang merasakan stress. Melewati hari-hari dengan suasana yang itu-itu saja membuah perasaannya monoton dan memiliki kecenderungan penurunan dalam menjalani aktifitas hidup. Jika hal ini dipaksakan, bukan tidak mungkin akan mengalami depresi.
Hal yang paling memungkinkan untuk mengembalikan itu semua adalah dengan refreshing atau rekreasi. Orang sekang menyebutnya piknik, hingga muncul dalam bahasa meme “wajahmu pucat, itu tanda kurang piknik”.
Perlunya refreshing
Ya, pekerjaan yang melelahkan dan kerap memicu stres tidak baik bagi kesehatan tubuh seseorang. Paula Davis-Laack, pengarang buku Addicted to Busy, mengatakan bahwa yang bekerja keras perlu meninggalkan pekerjaan sejenak dan pergi berlibur. Paula Davis-Laack mengungkapkan lima tanda-tandanya: masalah kecil dibesar-besarkan, sering membuat kesalahan, merasa sinis, dll.
Sebuah penelitian dari para ilmuwan di Stanford University membuktikan bahwa berjalan-jalan di alam bebas bisa mengurangi pikiran negatif. Jadi jika seseorang sulit berpikiran positif, sangat mungkin orang tersebut cuma kurang piknik.
Para ilmuwan dari Stanford University membuktikan hal itu pada 19 orang yang berjalan kaki 90 menit di alam bebas. Tercatat, pikiran negatif di otaknya lebih rendah dibanding 19 orang lain yang berjalan kaki di lingkungan urban yang sesak dan serba sibuk. “Menarik bahwa berjalan 90 menit bisa memberikan dampak sebesar ini,” kata Gregory Bratman, mahasiswa doktoral yang melakukan penelitian tersebut, dikutip dari Livescience.
Ungkapan yang sering diontarkan para traveller, bahwa jika kita stress mungkin butuh piknik, bisa jadi ada benarnya. Karena, piknik dalam bentuk travelling merupakan kesempatan bagi kita untuk bersantai dan melepas lelah sementara. Menurut beberapa ahli, travelling baik untuk pikiran, tubuh dan jiwa kita.
5 manfaat refreshing
Sebagaimana dilansir laman Huffington Post, Jumat (30/10, setidaknya ada lima manfaat kesehatan, baik fisik maupun psikis dari aktivitas travelling. Yang pertama adalah meningkatkan mood.
Menurut penelitian pada tahun 2014 oleh Diamond Resorts International menemukan bahwa lebih dari tiga perempat responden mengatakan merasa lebih bahagia jika merencanakan perjalan paling tidak setahun sekali.
Dr. Leigh Vinocur, psikiater dan juru bicara American College of Emergency Physicians, tidak terkejut dengan hasil survey tersebut. “Mengambil waktu liburan sendiri maupun bersama keluarga menurunkan tingkat stres kita dan melepaskan semua hormon stres yang berakibat buruk bagi kesehetan mental dan fisik kita,” kata Leigh.
Selanjutnya menambah waktu istirahat. Kurang tidur yang berkaitan dengan stres dapat menimbulkan konsekuensi negatif yang mempengaruhi kemampuan kognitif dan efisiensi kita. Max Hirshkowitz, ketua National Sleep Foundation (NSF) mengatakan, liburan merupakan kesempatan yang sangat baik untuk membayar hutang tidur kita. Agar lebih berenergi, NSF menyarankan sebaiknya kita tidur sekitar tujuh jam per hari.
Manfaat lain adalah meningkatkan empati. Wallace J. Nichols, pengarang buku Blue Mind: The Surprising Science That Shows How Being Near, In, On, or Under Water Can Make You Happier, Healthier, More Connected and Better at What You D, berlibur (terutama di tempat yang dekat dengan air) bisa membantu kita melepaskan emosi kita dan meningkatkan empati.
“Sering dikaitkan dengan perasaan kagum dan takjub, air dapat meningkatkan empati dan gairah kita. Memperbaiki hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Bagi musisi seperti Pharrell Williams dan ahli syarah, Oliver Sacks, berlibur dekat dengan elemen air merupakan sumber kreativitas,” jelas Wallace.
Kegunaan selanjutnya dari travelling adalah menyatu dengan lingkungan baru dan menghilangkan stres. Dr. Margaret J. King, direktur Center for Cultural Studies & Analysismengatakan, travelling memiliki banyak manfaat; yang paling menonjol adalah menghilangkan stres.
Banyak perubahan psikologis yang terjadi saat seseorang berpindah dari rumah atau kantornya ke “tempat ketiga” yang belum diketahui untuk merasakan pengalaman baru.
Dengan kegiatan yang tak terlalu banyak per harinya, membebaskan diri dari kompleksitas pekerjaan dan hubungan, pikiran me-reset ulang, begitu pula dengan tubuh kita sehingga stres pun hilang.
“Manusia selalu menginginkan hal-hal baru, dan travel menawarkan paket komplit karena bisa melihat wajah baru, mendengar suara dan pemandangan yang belum pernah dilihat sebelumnya,” kata Margaret.
Terakhir, piknik dalam bentuk travelling bisa mendapatkan kembali bentuk badan yang diinginkan. Beberapa orang mungkin menganggap liburan bukan kesempatan yang baik untuk berolahraga. Namun, seorang traveler ternyata justru lebih aktif dibanding mereka yang sehari-hari duduk di kantornya saja. Bisa juga mencoba aktivitas di tempat baru seperti mendaki gunung. Ada pula beberapa penginapan yang menyediakan pusat kebugaran agar tamu-tamunya tetap fit meskipun sedang jauh dari rumah.
Penulis: Alfin Hidayat
Diskusi tentang post ini