Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Kentongan: Sejarah dan Alat Komunikasi Tradisional

Redaksi
×

Kentongan: Sejarah dan Alat Komunikasi Tradisional

Sebarkan artikel ini

Sejarah kentongan dimulai dan berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan, kentongan sebagai alat komunikasi tradisional

BARISAN.CO – Bagi kalangan pemuda sekarang atau kaum milenial barangkali belum memahami sejarah kentongan. Barangkali pula para pemuda sekarang akan lebih jarang yang tahu ketika ditanya apa itu kentongan dibandingkan kefamiliaran facebook, Whatshapp, Instagram dan Twitter ataupun tempat-tempat popular modern masa kini.

Kini benda ini di perkotaan menjadi barang antik, bahkan di cafe-cafe maupun rumah kuno terpampang kentongan. Selain memiliki nilai estetika yang tinggi, benda ini menjadi koleksi yang diburu para kolektor.

Namun sebelumnya apa itu kentongan? Kentongan adalah bunyi-bunyian yang dihasilkan dari ukiran bambu yang berongga. Benda ini tidak hanya dari bambu, bahkan juga dari kayu yang diberi lubang sehingga ketika dipukul menghasilkan bunyi-bunyian.

Asal Usul Kentongan, Fungsi dan Makna Bunyi

Kentongan merupakan alat komunikasi bagi masyarakat kampung. Biasanya terpampang di Pos Ronda sebagai media pemberitahuan atau pengumuman kepada warga.

Selain itu benda ini juga ada di masjid atau musala yang diletakan dekat beduk. Jadi kentongan berfungsi juga sebagai irama suara yang beriringan dengan suara bedug.

Ukuran kentongan tersebut berkisar antara diameter 40 cm dan tinggi 1,5 M – 2 M. Kentongan sering diidentikkan dengan alat komunikasi zaman dahulu yang sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan.

Sejarah kentongan

Menurut Moerjtipto, tahun 1990 sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai dan berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan.

Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang.

Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi. Setiap daerah tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarhnya yang tinggi.

Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa.

Sementara itu di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga. Di Pengasih Jogjakarta, kentongan ditemukan sebagai alat untuk menguji kejujuran calon pemimpin daerah.

Di masa sekarang ini, penggunaan kentongan lebih bervariatif. Manfaat Kentongan Awalnya, kentongan digunakan sebagai alat pendamping ronda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam.

Dalam masyarakat pedalaman, kentongan seringkali digunakan ketika surau-surau kecil atau sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam sholat telah tiba.

Di masjid, biasanya kenthongan merupakan pelengkap bedhug yang biasanya dipukul sebelum bedhug dibunykan. Sedangkan di mushola-mushola, kentongan lbih banyak terlihat sendirian tanpa adanya bedhug.

Ada kisah menarik dari masa dahulu tentang kentongan dan bedhug, pada sebagian masyarakat Islam alat pemanggil jama’ah sholat ini sering dijadikan media sebagi lomba pemukul bedhug. Kentonganpun menjadi alat pelengkap media lomba yang menghasilkan suara lebih bagus.

Entah sekarang masih ada atau tidak, karena kini masyarakat terlebih generasi mudanya lebih gandrung dengan teknologi.

2. Fungsi Kentongan

Secara historis kentongan yang memiliki peran yang sangat berguna sebagai alat komunikasi sebelum ditemukannya atau merebaknya alat komunikasi modern seperti telephone, android maupun gadget saat ini.

Kentongan atau yang dalam bahasa lainnya disebut jidor adalah alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu jati yang dipahat.

Kegunaan kentongan didefinisikan sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh,morse, penanda adzan, maupun tanda bahaya. Di masjid atau musala, fungsi kentongan sebagai media untuk memberitahu waktu salat.