Sempat membaik beberapa bulan, hanya “pesimis”, sebesar pada 80,4 pada Juni 2021. Nilai indeks kembali turun drastis pada Juli 2021, menjadi 50,1 atau sangat pesimis. Nilai itu dapat dibaca sekitar 75% responden menjawab ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dari enam bulan sebelumnya. Hanya 25% yang menjawab kondisnyai membaik.
Aspek lapangan kerja yang merupakan bagian dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) berarti peersepsi atau keyakinan konsumen (responden) tentang ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang. Sebenarnya, aspek ini masih dalam zona optimis pada era pandemi hingga Juni 2021. Mereka masih optimis pada masa depan, meski mengaku kondisi memburuk saat ini.
Sayangnya, untuk pertama kali selama delapan tahun terakhi nilai indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja masuk zona pesimis, sebesar 91,0 pada Juli 2021. Artinya lebih banyak yang pesimis dibanding optimis.
Padahal, Bank Indonesia mengatakan responden survei merupakan rumah tangga dari kelompok pendapatan menengah ke atas.
Persepsi konsumen atau masyarakat dalam survei Bank Indonesia ini tampak bersesuaian dengan informasi lainnya dari rilis BPS. Antara lain dalam hal: pekerja tidak penuh, status pekerjaan utama, lapangan kerja utama, dan upah atau pendapatan pekerja.
Dalam hal penduduk yang bekerja, BPS menyajikan data tentang jumlah yang bekerja secara tidak penuh. Ukurannya jika bekerja di bawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam seminggu. Data semacam ini penting terkait dengan produktifitas dan peluang memperoleh upah atau pendapatan bagi pekerja.
Pekerja tidak penuh pada Februari 2021 mencapai 46,92 juta orang. Jauh lebih banyak dibanding Februari 2020 yang hanya 40,21 juta orang. Bahkan, masih bertambah dibanding Agustus 2020 yang sebanyak 46,43 juta orang.
Mereka yang bekerja dengan kategori pekerja keluarga atau tak dibayar masih sangat besar pada Februari 2021, mencapai 14,26% dari total pekerja. Jumlahnya meningkat pesat selama pandemi. Dari sebanyak 14,76 juta orang pada Agustus 2020 menjadi 18,32 juta orang pada Agustus 2021 atau bertambah 2,80 juta orang. Ternyata masih sedikit bertambah pada Februari 2021, mencapai 19,18 juta orang.
Mereka ini bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah atau gaji, baik berupa uang maupun barang. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tampak serupa penganggur, termasuk jika ditanya langsung apakah mereka menganggap dirinya bekerja. Bagaimanapun, BPS mencatatnya sebagai bekerja, sesuai konsep yang dipakai Sakernas.