Coba Anda masuk ke dunia anak Anda dan buat beberapa analisis untuk mempelajari apa yang ada di balik pembangkangan. Misalnya mungkinkah ia marah karena Anda terlalu banyak memerintah? mungkinkah ia merasa sakit hati karena ada saudaranya atau adik bayinya mendapat begitu banyak perhatian daripada bagi dirinya?
Anda biasanya dapat menebak apa yang terjadi dalam kehidupan anak/siswa Anda yang mungkin memicu pembangkangan. Anak Anda akan merasa divalidasi dan dipahami ketika Anda menebak dengan benar, namun jika Anda salah menebak, coba lagi.
Sebagai orangtua atau guru, membiasakan fokus pada perilaku positif daripada perilaku menentang lebih efektif dalam meningkatkan perilaku yang baik. Itu mungkin membutuhkan beberapa waktu untuk menghilangkan rasa kesal atau amarah. Kebiasaan orangtua yang terfokus pada perilaku negatif anak menyulitkan untuk memahami apa yang sesungguhnya dirasakan anak, mengapa ia menunjukkan perilaku negatif, apa yang ia inginkan sehingga itu akan membuatnya bersikap kooperatif terhadap aturan.
“Perilaku etis seorang akan lebih efektif didasarkan pada simpati, pendidikan, ikatan sosial dan kebutuhan”, begitu Einstein. Di situ perubahan perilaku tampak pada bagaimana motivasi internal dalam diri terbangun karena simpati, pemenuhan kebutuhan diri dan perlakuan yang tepat di dalam ikatan sosial.
Oleh karenanya, sebagai ganti anda mengatakan apa yang harus anak lakukan, cobalah minta mereka nyatakan apa yang mereka ingin capai, apa yang dapat dibantu agar kebutuhannya bisa terpenuhi.
“Kamu masih mau main di luar? Berapa menit lagi kamu akan siap untuk masuk ke ruangan untuk ikut belajar?”, itu bisa sebagai alternatif daripada mengatakan, “Sekarang waktunya belajar! Hayo masuk ke ruang kelas!” Teknik “negosiasi” di atas mungkin tidak langsung berhasil membuat anak kembali mentaati aturan.
Namun memberinya hukuman, karena dianggap membangkang, akan membuat pengalaman itu sebagai alasan untuk perilaku membangkang berikutnya. Memberinya pilihan dan memfasilitasi peluang (dengan komitmen) memenuhi keinginannya yang belum tuntas, akan mengurangi beban emosinya, dan ia akan lebih mudah menerima instruksi. Karena ia tidak merasa ditekan atau diintimidasi. [Luk]