Drakor LIVE pun menggambarkan hal sama, di mana ketika pekerjaan menjadi prioritas, pernikahan pun bisa kandas.
BARISAN.CO – Hidup adalah pilihan. Dan, pilihan itu dapat membuat masa depan seseorang berubah.
Itu juga yang dialami oleh Andreas. Dia memiliki pekerjaan impian yang membuatnya berkesempatan menjelajahi dunia.
Memang pekerjaan itu membuatnya stres, namun Andreas tak begitu memedulikannya terlebih itu sesuai dengan gaji yang diterimanya.
Dia menganggap itu adalah pilihannya sendiri. Namun, sebab pilihannya itu pun rumahtangganya harus kandas.
Lima tahun lalu, dia terpaksa bercerai. Alasannya tak lain karena istrinya tak tahan jika harus terus-menerus ditinggal berpergian olehnya.
“Saya pulang sebentar. Lalu, kembali berpergian,” kata Andreas.
Dia pun tidak menyalahkan keputusan istrinya tersebut. Terutama, tidak mudah untuk seorang ibu yang bekerja untuk menanggung semuanya.
“Saya tidak menyesalinya. Namun, menyadari itu memang kesalahan saya,” lanjut Andreas.
Cinta Saja Tidak Cukup
Ketika menceritakan kisahnya, saya pun tiba-tiba teringat drakor LIVE, di mana ketika pekerjaan menjadi prioritas, pernikahan pun bisa kandas.
Mengutip Elite Daily, psikologis klinis, Joshua Klapow mengatakan, meski cinta elemen penting, namun itu bukan satu-satunya yang dibutuhkan dalam hubungan.
Menurutnya, cinta adalah elemen hubungan yang paling kuat tetapi paling tidak terdefinisi.
“Cinta adalah bahan bakar dan api yang berpotensi menjaga hubungan tetap menyala, tetapi cinta adalah perasaan. Itu tidak dapat menciptakan semua keterampilan dan tindakan yang diperlukan untuk menjaga hubungan tetap sehat,” ungkap Joshua.
Dia melanjutkan, tidak peduli berapa banyak cinta yang ada dalam suatu hubungan, itu tidak mengubah fakta bahwa kebanyakan orang memiliki kebutuhan tambahan.
“Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi kemungkinanan kecil untuk bisa mempertahankan hubungan,” lanjutnya.
Kebutuhan Tambahan Selain Cinta
Joshua menjelaskan, tanpa kecocokan, kompromi, pemeriksaan dan perbaikan diri, maka sulit untuk mempertahankan hubungan yang sehat.
“Dua orang dapat memiliki cinta yang besar satu sama lain, namun melihat dunia, prioritas, dan berada pada tahap yang berbeda sehubungan dengan kesadaran, pertumbuhan, kedewasaan, dan perkembangan diri, ” jelas Joshua.
Meski pun cinta adalah perasaan yang luar biasa, elemen hubungan yang lebih praktis sama pentingnya dengan keberhasilan kemitraan.
“Jika kecocokan, fleksibilitas, kompromi, kesadaran diri, dan wawasan emosional tidak ada, maka mencintai seseorang tidak akan pernah mempertahankan hubungan yang sehat,” ungkap Joshua.
Kabar baiknya adalah, jika kedua pasangan mau berkompromi dan melakukan upaya bersama, cinta bisa menjadi awal yang indah untuk hubungan yang langgeng.
Dia memvisualisasikan hubungan sebagai bagian dari tiga bagian utuh.
“Dalam hubungan apa pun, selalu ada tiga komponen. Kedua pihak yang menjalinnya dan hubungan itu sendiri. Ketiganya harus dipupuk, dikembangkan, dikerjakan, dan dikembangkan.” lanjut Joshua.
Mampu mempertahankan ketiganya pada saat yang sama adalah kunci untuk menjaga dinamika yang sehat antara Anda dan pasangan.
Joshua menyebut, kita tidak akan pernah bisa berharap untuk mempertahankan hubungan, tidak peduli seberapa besar perasaan kita terhadap orang tersebut apabila tidak melakukan pekerjaan bersama, itu bisa sia-sia.
“Anda harus mengatasi masalah Anda, tantangan Anda, dan kekurangan Anda. Ini membutuhkan cinta, perhatian, dan hal-hal praktis seperti kompromi, fleksibilitas, komunikasi. Pada akhirnya, hubungan membutuhkan pekerjaan,” terang Joshua.
Istri Andreas telah berusaha menjelaskan posisinya yang sulit mengatasi semuanya sendirian. Namun, pilihan seseorang tidak bisa dipaksakan. Tidak ada yang bisa dikompromikan. Andreas bersikukuh, pekerjaan itu menjadi prioritas.