Khadijah menanyakan penyebab kegelisahan suaminya. Beliau pun menceritakan pengalaman di gua Hira. Dan Khadijah sendiri merupakan seorang yang cerdas dan mulia. Ia telah mendengar cerita tentang kenabian, cerita tentang malaikat.
Khadijah pula, orang yang paling mengenal perilaku Rasulullah Saw. Kedudukannya sebagai istri, ia mengerti luar dalam suaminya. Khadijah mengagumi perilaku dan tabiat suaminya ini. Maka, ia pun berkesimpulan bahwa Muhammad Saw., sang suami, inilah laki-laki yang dipilih Tuhan.
“Tidak akan terjadi apa-apa, Suamiku! Demi Allah, Dia tidak akan pernah mempermalukan engkau selamanya. Sungguh, engkau benar-benar menyambung hubungan kasih sayang, meringankan beban orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu dan selalu menolong atas dasar kebenaran.”
Oleh karena itu, Khadijah merasa perlu mengajak suaminya untuk menemui anak pamannya yang alim, Waraqah ibn Naufal. Dan di hadapannya, beliau Saw. menceritakan pengalamannya.
“Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya, engkaulah nabi umat ini. Sesungguhnya, engkau telah didatangi an-Namus al-Akbar, yang pernah datang menemui Musa. Dan, sewsungguhnya kaummu akan mendustakanmu, menyakitimu, mengusirmu, bahkan akan memerangimu.” jelas Waraqah.
Rasulullah Saw. heran ketika Waraqah mengatakan bahwa kaum beliau akan memusuhi, dan Waraqah menandaskan, “Benar. Tidak seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa, kecuali akan dimusuhi dan diperangi. Seandainya aku menemui saat itu, niscaya aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga.”
Sekembali dari rumah Waraqah, Khadijah merupakan orang pertama yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ia selalu membantu di sebelah suaminya. Ia menjadi pundak buat sang suami buat meringankan kesedihan beliau tatkala kaum Quraisy benar-benar bertindak sebagaimana ramalan Waraqah.
Begitulah. Sejarah pun akhirnya mencatat betapa usai dari gua Hira, Muhammad Saw. benar-benar gigih mengibarkan bendera Islam. Tentang keberanian herois para sahabat beliau. Tentang penaklukan suku-suku di segenap Jazirah Arab, yang kemudiam memadamkan dua kekaisaran yang telah berusia dua ribu tahun mendominasi dunia.
Ya, kelahiran seorang anak manusia yang seolah merupakan puncak ciptaan-Nya. Sebab sebelum dan sesudah Muhammad Saw., tidak ada yang setara beliau. Hanya dengan mengawinkan kualitas-kualitas terbaik tokoh-tokoh dari pelbagai zamanlah, kita dapat memahami kisah keagungan Nabi Muhammad Saw. [Luk]