Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Kita Membutuhkan Ibnu Sina Abad 21

Redaksi
×

Kita Membutuhkan Ibnu Sina Abad 21

Sebarkan artikel ini

Ibnu Sina mampu meramu berbagai informasi pengetahuan secara otodidak dalam olah diri yang berdisiplin, keseriusan dalam merenung dan meniti pustaka secara jenius.

Bahkan kemampuannya secara spiritual seakan memberikan ‘value’ tersendiri dalam  melahirkan karya-karya sains, dan sebagai ilmuan, ia memberi “jembatan” kepada area metafisik melalui pengalaman.

Dalam ilmu logika, Ibnu Sina mengembangkan sistem logikanya sendiri yang dikenal sebagai logika Avicennian” sebagai alternatif logika Aristotelian. Pada abad ke-12, logika Avicennian telah menggantikan logika Aristoteles sebagai sistem logika yang dominan di dunia Islam.  Kritik pertama logika Aristotelian ditulis oleh Ibnu Sina, yang menghasilkan risalah independen tentang logika daripada komentar. Dia mengkritik sekolah logis Baghdad untuk pengabdian mereka kepada Aristoteles pada saat itu.  

Dia menyelidiki teori definisi dan klasifikasi dan kuantifikasi predikat proposisi kategoris , dan mengembangkan teori asli tentang silogisme ” modal temporal”. Premisnya termasuk pengubah seperti “setiap saat”, “pada banyak waktu”, dan “pada suatu waktu”. Sementara Ibnu Sina sering mengandalkan penalaran deduktif dalam filsafat, ia menggunakan pendekatan yang berbeda dalam kedokteran.

Ibnu Sina berkontribusi secara inventif untuk pengembangan logika induktif , yang ia gunakan untuk mempelopori gagasan tentang sindrom . Dalam tulisan medisnya, Ibnu Sina  adalah orang pertama yang menjelaskan metode kesepakatan, perbedaan dan variasi seiring yang penting untuk logika induktif dan metode ilmiah . [1]

Nama Ibnu Sina memang masyhur sebagai saintis yang melahirkan karya di bidang ilmu medis (the canon of medicine), yang diakui dunia kedokteran modern ratusan tahun setelah dirinya wafat.

Namun kita perlu juga menempatkan Ibnu Sina sebagai sososk yang berjasa melahirkan karya-karya monumental dari kedalaman kerangka yang unik, di mana warisan Yunani menginspirasi secara moral dan imajinasi yang sangat berbeda dari yang diklaim oleh sebagian besar ilmuan Eropa.

Kita menyaksikan bahwa kerjasama ilmuan dengan politisi saat ini dalam menghadapi bahaya wabah, menampilkan konsekwensi pencapaian yang sering mengabaikan moral, mengabaikan  substansi nilai dalam kehidupan manusia secara komprehensif. Karena mungkin pertaruhannya adalah citra kekuasaan, daya saing, transaksi politik, dan kepentingan korporasi.

Mengapa kemampuan pemikir yang humanis juga saintifik tidak dapat dikolaborasikan, sebagai upaya melahirkan solusi-solusi saintifik yang beradab, berpihak kepada kemanusiaan dan kebenaran?