Ibnu Sina berkontribusi secara inventif untuk pengembangan logika induktif , yang ia gunakan untuk mempelopori gagasan tentang sindrom . Dalam tulisan medisnya, Ibnu Sina adalah orang pertama yang menjelaskan metode kesepakatan, perbedaan dan variasi seiring yang penting untuk logika induktif dan metode ilmiah . [1]
Nama Ibnu Sina memang masyhur sebagai saintis yang melahirkan karya di bidang ilmu medis (the canon of medicine), yang diakui dunia kedokteran modern ratusan tahun setelah dirinya wafat.
Namun kita perlu juga menempatkan Ibnu Sina sebagai sososk yang berjasa melahirkan karya-karya monumental dari kedalaman kerangka yang unik, di mana warisan Yunani menginspirasi secara moral dan imajinasi yang sangat berbeda dari yang diklaim oleh sebagian besar ilmuan Eropa.
Kita menyaksikan bahwa kerjasama ilmuan dengan politisi saat ini dalam menghadapi bahaya wabah, menampilkan konsekwensi pencapaian yang sering mengabaikan moral, mengabaikan substansi nilai dalam kehidupan manusia secara komprehensif. Karena mungkin pertaruhannya adalah citra kekuasaan, daya saing, transaksi politik, dan kepentingan korporasi.
Mengapa kemampuan pemikir yang humanis juga saintifik tidak dapat dikolaborasikan, sebagai upaya melahirkan solusi-solusi saintifik yang beradab, berpihak kepada kemanusiaan dan kebenaran?
Bagaimana berdamai dengan lingkungan yang berubah di dunia setelah kebangkitan yang menakutkan dari pandemi ini dan bertanya-tanya apakah kita berada di puncak terobosan epistemologis baru di akar kesadaran diri kita tentang dunia kita?
Di mana kita berdiri, apa yang perlu dilakukan, apa bentuk pengetahuan dan kesadaran diri yang bisa menyelamatkan umat manusia dari wabah, atau bahkan dari dirinya sendiri? Ini paradigma yang sama dengan masalah filosofis dalam menyikapi berbagai kejadian. Kita membutuhkan Ibnu Sina abad 21! [Luk]
[1] https://en.m.wikipedia.org/wiki/Logic_in_Islamic_philosophy#cite_note-Goodman-5