BARISAN.CO – Rasanya slogan Kementerian Kesehatan tersebut sudah tak asing lagi bagi kita. Kampanye tentang pencegahan stunting semakin digencarkan mengingat mencegah stunting merupakan hal yang sangat penting. Mengapa penting? ada baiknya kita pahami dulu apakah yang dimaksud dengan stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan berkembang yang dialami oleh anak-anak sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Persoalan stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh rendahnya asupan gizidalam waktu yang lama dan tidak sesuai kebutuhan.
Stunting dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah bayi lahir, dan baru tampak setelah anak berumur 2 tahun, yang biasa disebut sebagai 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yaitu selama kehamilan (270 Hari) dan 2 tahun pertama kehidupan (730 hari).
Pada masa kehamilan, terjadi masa-masa perkembangan organ-organ vital manusia yang sangat penting yaitu otak, jantung, paru-paru dll. Apabila seorang ibu tidak terpenuhi asupan gizinya maka akan melahirkan bayi dengan gangguan pada perkembangan otak, gangguan pertumbuhan dan penurunan kemampuan tubuh melaksanakan fungsinya.
Ini menunjukkan bahwa stunting terjadi secara paralel dengan gangguan otak sehingga berdampak pada Intelligence Quotient (IQ) dan berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Perlu diketahui bahwa penyebab stunting tidak hanya karena rendahnya asupan gizi, namun juga disebabkan oleh penyebab tidak langsung seperti status gizi calon ibu (remaja putri) dan ibu saat hamil. Apakah saat remaja dan saat hamil mengalami anemia (kadar hemoglobin < 12 g/dL) atau tidak. Apakah mengalami kurang energi kronis (KEK) yang ditandai dengan lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm atau tidak.
Status gizi calon ibu dan ibu saat hamil yang kurang baik berpotensi melahirkan anak stunting. Kondisi ini diawali dengan anak mengalami penyakit infeksi berulang, anak memiliki ukuran tubuh (antropometri) yang rendah saat dilahirkan, seperti mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu jika < 2500 gr & PBLR (Panjang Badan Lahir Rendah) jika < 48 cm.
Hal lain yang juga mempengaruhi adalah bagaimana status pendidikan orang tua khususnya terkait dengan literasi tentang gizi dan kondisi ekonomi keluarga.
Apakah dampak stunting? Stunting menyebabkan seseorang menjadi 1) rentan mengalami penyakit kronis (diabetes mellitus, kanker, hipertensi dll) sehingga meningkatkan angka kematian, 2) Rendahnya Intelligence Quotient (IQ), 3) berkuranganya produktifitas dan pendapatan.
Bisakah stunting dicegah? Mencegah stunting dapat dilakukan jika keluarga mempunyai pemahaman yang benar tentang stunting. Keluarga perlu mengetahui tentang stunting dan penyebabnya serta periode penting masa tumbuh kembang.
Stunting perlu dicegah sedini mungkin bahkan sejak calon ibu masih menjadi remaja putri. Asupan gizi seimbang perlu diberikan kepada remaja putri, wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak (usia 6 – 23 bulan).
Penerapan gizi seimbang dapat dilakukan dengan mengikuti konsep “Isi Piringku” Konsep isi piringku pada orang dewasa terdiri dari makanan pokok 35%, sayur 35%, lauk pauk 15%, dan buah-buahan 15%.
Sedangkan isi piringku pada bayi dan anak usia 6-23 bulan terdiri dari makanan pokok 35%, sayur 25%, lauk pauk 30% dan kacang-kacangan 10%.
Pengasuhan anak yang baik juga merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan stunting. Interaksi yang baik antara orang tua dan anak akan memberikan stimulasi perkembangan secara optimal. [Luk]