Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Krisis Ekologi, Sikap Manusia Terhadap Alam

Redaksi
×

Krisis Ekologi, Sikap Manusia Terhadap Alam

Sebarkan artikel ini

Secara filosofis mandat manusia atas lingkungan terdapat suatu hubungan yang harmonis, saling terikat, dan terjadi keterlibatan timbal balik yang tidak dapat dipisahkan.

Mandat manusia atas lingkungan merupakan hubungan yang bersifat dinamsi, artinya terjalin ikatan antara manusia dengan lingkungan. Manusia mendapat tugas dari Tuhan untuk menyembah atau memuliakan-Nya melalui hidup dan hubungannya dengan alam serta lingkungannya.

Konsepsi khalifah dan abdullah terjalin hubungan dengan Tuhan, dan alam, manusia menjadi manusia seutuhnya. Sebaliknya, jika manusia tidak mau berhubungan dengan alam dan lingkunganya ia mengingkari hakikatnya.

Berbagai krisis ekologis sekarang ini menimpa manusia di sebabkan manusia telah kehilangan kemanusiaanya ketika ia memulai menjauhi dan merusak alam dan lingkunganya.

2. Hubungan manusia dengan lingkungan

Allah menciptakan alam ini pada dasarnya penuh perhitungan dan tidak satu-pun yang tidak berguna (muspra), sehingga apa-apa yang diciptakan Allah sebagai hasil kreasi-Nya manusia sebagai khalifah di muka bumi berkewajiban untuk mempertahankan serta memelihara alam ini.

Manusia diperintahkan untuk berbuat mashlahat atau kebaikan di bumi serta menghindari segala perbuatan yang merusak hasil pencitraan Allah. Membuat kerusakan di muka bumi, maka pada dasarnya telah membuat sakit Tuhan sebagai creator alam semesta ini. Hal tersebut dapat dilihat dalam firman Allah:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. Al-Nahl: 90)

Berdasarkan ayat di atas Allah memerintahkan manusia berbuat adil serta ihsan, yang muncul dari makna eksplisit kata tersebut adalah umum yang sudah jelas maknanya tanpa harus dijelaskan secara rinci, karena kedua kata tersebut didahului dengan alif dan lam, yang lebih dikenal dengan al-ma’rifah.

Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa adil adalah persamaan dan penyadaran, sedangkan ihsan adalah upaya mencarai kemashlahatan/kebaikan dan menghindari kerusakan.

Demikian kata fakhsya’ dan munkar, al-ma’rifah yang melekat pada kedua kata tesebut juga menunjukan sebuah larangan yang umum yang mengarah kepada kemungkaran atau kerusakan baik secara lisan maupun tindakan.

Hubungan manusia dengan lingkungan sebagai upaya manusia untuk mencari jati dirinya. Sesuatu yang ada (real) sebab manusia merupakan bagian dari lingkungan. Manusia sebagai bagian dari lingkungan merupakan jawaban dasar pendekatan sosiologis yang merupakan pendekatan jaringan kerja sosial ekologis. Hal ini tak pelak manusia sangat berperan aktif untuk pemeliharaan alam dan lingkungannya.