Kota-kota di kawasan Asia mengalami tingkat polusi udara tertinggi di dunia, sebanyak 80% disebabkan oleh transportasi.
BARISAN.CO – Perjalanan cepat, murah, dan andal ke tempat kerja adalah impian setiap penduduk kota, tetapi bagi banyak orang itu hanya impian.
Transportasi umum yang berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi emisi iklim. Seperti diketahui, transportasi menyumbang sepertiga dari emisi kota, menurut jaringan walikota kota C40.
Namun, ironinya, saat artis senior, Adrian Maulana lebih memilih menggunakan transportasi umum, dia justru dicibir. Adrian dianggap kere oleh segelintir netizen.
Dalam keseharian, Adrian seringkali menggunakan modal transportasi massal seperti KRL dan MRT. Bukan karena kekurangan uang, Adrian mengaku itu dilakukan karena ia merasa nyaman.
Adrian bisa menjadi contoh bagi masyarakat lain yang belagak keren dengan kendaraan pribadi.
Terlebih, pemanasan global sudah di depan mata. Ketika melihat artis hiburan tanah air yang sibuk memamerkan mobil mewah atau naik private jet, mereka tampak tidak peduli dengan isu lingkungan seperti ini.
Sekitar 44 juta orang ditambahkan ke populasi perkotaan Asia setiap tahun, setara dengan 120.000 orang per hari.
Asian Development Bank (ADB) memperkirakan, 80% pertumbuhan ekonomi baru Asia hingga tahun 2050 akan dihasilkan di kota-kota, tempat sebagian besar pekerjaan dan kesempatan kerja berada. Kecenderungan ini memberikan tekanan besar pada transportasi dan mobilitas di wilayah ini.
Jadi, untuk menjaga pemanasan global hingga 1,5°C, proporsi perjalanan di kota-kota dengan angkutan umum harus berlipat ganda selama dekade berikutnya.
“Tanpa tindakan ini, negara-negara tidak akan mungkin mencapai tujuan global untuk setidaknya mengurangi separuh emisi dalam dekade ini,” kata C40 Cities Climate Leadership Group dan International Transport Workers’ Federation dalam laporan bersama.
Dalam upaya untuk menciptakan transportasi berkelanjutan semakin meningkat—pada tahun 2050, kota-kota akan menjadi rumah bagi 2,5 miliar orang tambahan, kata PBB. Hampir 90% dari ledakan ini akan terjadi di Asia dan Afrika.
Motorisasi yang cepat merupakan penyebab utama kemacetan dan polusi. Kemacetan jalan raya telah merugikan ekonomi Asia sekitar 2%–5% dari produk domestik bruto setiap tahun karena kehilangan waktu dan biaya transportasi yang lebih tinggi. Kota-kota di kawasan ini mengalami tingkat polusi udara tertinggi di dunia, sebanyak 80% disebabkan oleh transportasi.
Pembangunan jalan perkotaan saja bukanlah jawaban karena mendorong peningkatan pembelian dan penggunaan kendaraan pribadi, yang pada akhirnya menyebabkan lebih banyak kemacetan. Selain itu, daerah perkotaan menghadapi keterbatasan praktis untuk pembangunan jalan lebih lanjut dalam hal meningkatnya biaya dan kekurangan lahan.
Salah satu solusinya adalah transportasi umum yang lebih banyak dan lebih baik. Hal ini terutama terjadi di kota-kota Asia di mana kepadatan penduduk dan jumlah kota besar atau megapolitan menjadikan sistem transportasi umum massal sebagai satu-satunya pilihan yang layak untuk memindahkan banyak orang di ruang publik yang terbatas.
Ada dukungan publik yang kuat di lima kota global untuk memprioritaskan investasi dan perluasan transportasi umum, menurut jajak pendapat C40. Sekitar 90% orang yang disurvei menginginkan transportasi umum tanpa emisi yang lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat.
Banyak kota menawarkan perjalanan gratis atau diskon untuk orang muda dan orang tua. Ibu kota Estonia, Tallinn menawarkan angkutan umum gratis untuk semua penduduk.
Penawaran yang lebih murah atau gratis ini ternyata meningkatkan penggunaan transportasi umum, yang dapat menyebabkan lebih sedikit kendaraan di jalan, dan pada gilirannya, mengurangi emisi gas rumah kaca yang dimuntahkan ke udara.