Scroll untuk baca artikel
Gaya HidupTerkini

Latah Citayam Fashion Week: Muncul dari ‘Pinggiran’ karena Keterbatasan Ruang Publik, Hingga Jadi Rebutan Elit

Redaksi
×

Latah Citayam Fashion Week: Muncul dari ‘Pinggiran’ karena Keterbatasan Ruang Publik, Hingga Jadi Rebutan Elit

Sebarkan artikel ini

Baim Dinilai Serakah-Norak

Menanggapi hal itu, pelawak tunggal sekaligus sutradara Ernest Prakasa mempertanyakan, mengapa Baim Wong dan Indigo Aditya Nugroho merasa berhak atas sesuatu yang bukan ciptaan mereka sendiri.

Menurutnya, HAKI itu tujuannya untuk melindungi kreator. Ini agar pekerja kreatif bisa sejahtera dari ide dan karya mereka sendiri.

“Bukan dulu-duluan main sikat, mumpung belum ada yang daftarin. Tolong lah dipakai akal sehat dan hati nuraninya,” ucapnya dalam akun Twitter @ernestprakarsa.

Ia pun menyebut Baim Wong dan Indigo Aditya Nugroho terlalu serakah sebagai manusia.

Jika Diformalkan Dianggap Menghilangkan Esensi dan Tujuan

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meminta perusahaan artis Baim Wong untuk tak mengkomersialkan fenomena Citayam Fashion Week.

“Dear Baim Wong dkk, nasehat saya, tidak semua urusan di dunia ini harus selalu dilihat dari sisi komersial. Fenomena #CitayamFashionWeek itu adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuhkembangnya harus natural dan organik pula,” tulis Ridwan Kamil melalui akun Instagram pribadinya, Senin (25/7/2022).

Menurut Ridwan Kamil fenomena Citayam Fashion Week tak perlu dibuat formal dan dimewahkan. Alasannya, apabila Citayam Fashion Week diformalkan maka bisa menghilangkan esensi dan tujuannya. Pada akhirnya, gerakan itu akan mati.

“Biarkan ini jadi cerita, bahwa fashion jalanan tetap adanya di jalanan. Bukan di Sarinah, bukan di podcast, bukan pula harus menginternasional Biarkan tetap Slebew bukan Haute Couture,” tulisnya.

Sejalan dengan itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta Baim Wong tak perlu mengklaim kreasi anak muda. Sahroni mendesak supaya Kemenkumham tidak serta merta menerima upaya untuk mematenkan acara yang diinisiasi secara spontan oleh remaja tanggung dari daerah di sekitar Ibu Kota.

“Dirjen HAKI juga tidak boleh asal terima atas pengajuan nama Merek begitu aja, harus ada kajian mendalam untuk menerima hal merek tersebut, jangan sampai Kreasi anak-anak muda yang terlahir secara spontan malah di manfaatkan orang lain,” tulis Sahroni lewat akun Instagram pribadinya, dikutip Senin (25/7/2022).

Bantahan Baim

Baim membantah jika upaya untuk mendaftarkan merek CFW sebagai bentuk klaim kepemilikan. Sebab, gelaran itu muncul secara spontan, sehingga tetap milik bersama.

“Citayam Fashion Week ini bukan milik saya. Ini milik mereka semua, ini milik Indonesia. Saya hanyalah orang yang punya visi menjadikan Citayam Fashion Week sebagai ajang untuk membuat trend ini menjadi wadah yang legal, dan gak musiman. Dan yang paling penting, bisa memajukan fashion Indonesia di mata dunia,” ucapnya melalui akun Instagram pribadinya, Senin (25/7/2022).

Ia mengaku bertindak demikian karena sang istri, Paula Verhoeven menganggap fenomena CFW merupakan bentuk kesadaran publik terhadap dunia fashion. Jadi, fashion kini enggak harus mahal dan tetap bisa membanggakan.

Ia mengaku telah berkoordinasi lebih dahulu dengan sejumlah figur sentral dalam gelaran CFW, seperti Bonge, Kurma, Jeje, dan kawan-kawannya. Ia mengklaim, niatnya demi mereka. Apalagi, Citayam dalam merek itu membuat citra positif bagi daerah asal remaja tanggung yang menghadirkan fenomena fashion di Dukuh Atas tersebut.

“Dan Alhamdulilah semua kejadian ini track record-nya ada. Insya Allah saya enggak mengada-ada, kalian boleh langsung menanyakan ke pihak yang bersangkutan. Kapan saya pertama kali hubungi Bonge. Kapan saya mendaftarkan HAKI,” tutur Baim. [rif]