Scroll untuk baca artikel
Opini

Lika-Liku Mengerjakan Skripsi Kala Pandemi

Redaksi
×

Lika-Liku Mengerjakan Skripsi Kala Pandemi

Sebarkan artikel ini

Tulisan ini berdasarkan oleh pengalaman pribadi dan teman-teman seperjuangan saat menjalankan skripsi di tengah pandemi. Bukan hanya kebahagian karena akhirnya menyelesaikan tugas skripsi tersebut, namun juga duka karena harus berada di dalam rumah dalam kurun waktu yang cukup lama.

Berikut ini daftar pengalaman yang dihadapi sekaligus pengingat bahwa pandemi ini memiliki hikmah tersendiri bagi para pejuang skripsi.

1. Terpaksa menjadi non observer

Sebagai peneliti, kita seharusnya melakukan penelitian dengan turun lapangan untuk mendapatkan data yang akurat berdasarkan fakta yang ada. Akan tetapi, karena virus Covid-19 bukan sekadar virus flu biasa sehingga instansi yang akan menjadi objek pun enggan menerima orang luar untuk masuk. Sehingga wawancara  hanya dapat dilakukan melalui chat maupun sambungan telepon.

2. Putus asa karena tak jua mendapat kabar

Mau nyamperin ga bisa. Tapi pesan pun tak kunjung direspon. Hal inilah yang dialami oleh kami karena berada di situasi pandemi yang memaksa kami untuk melakukan semuanya dari rumah.

3. Rindu teman-teman seperjuangan

Berbeda dengan komunikasi secara tatap muka bisa puas bercuap-cuap atau sekadar berbagi informasi baru mengenai skripsi yang sedang berlangsung. Kerinduan ini juga menyiksa kami. Bahkan tak jarang kami bertemu bukan untuk sharing melainkan melepas beban karena frustasi dengan skripsi ini.

4. Kendala internet

Ya, sidang pun harus dijalankan melalui video call. Saat sidang tak jarang mahasiswa mencari tempat agar mendapat jaringan sinyal yang bagus karena provider yang digunakan kadang terhambat saat situasi tertentu, misalnya hujan.

5. Dosen Pembimbing yang Cuek

Ini dialami oleh beberapa kawan seperjuangan. Dospemnya cuek bahkan tergolong mengabaikan mahasiswa yang sedang menjalankan skripsi. Padahal mahasiswa yang sedang skripsi butuh bimbingan agar tak tersesat nantinya terutama saat sidang tiba tak menjadi bulan-bulanan penguji.

6. Kekurangan referensi

Ya, mau kemana-mana khawatir. Sehingga e-book dan e-journal menjadi referensi bagi kami dalam penyusunan skripsi. Mau beli pun terlalu mahal jika harus dibeli semuanya. Namun buku yang tersedia secara online pun tak semuanya ada sesuai dengan yang dibutuhkan.

Namun dibalik itu semua, ada hikmah yang kami dapatkan seperti hemat biaya karena perlu mengeluarkan ongkos transportasi. Selain itu juga, bagi kami yang berada di kelas karyawan, kami dapat menghemat waktu dengan mengerjakan skripsi di rumah.

Semoga pandemi ini segera berlalu dan semua dapat kembali beraktivitas normal seperti sebelum wabah Covid-19 merebak ke seluruh dunia. []