BARISAN.CO – Pendekatan dan strategi pengendalian banjir Jakarta masih didominasi dengan penanganan secara struktural, skala mikro, reaktif, dan simptomatik.
Banjir sebagai gejala alamiah tidak bisa dilepaskan dari keberadaan sungai dalam persfektif hubungan wilayah hulu dan hilir. Persfektif ini merupakan salah kunci penyelesaian masalah banjir.
Pengggunaan perspektif Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam perencanaan dan pengaturan sistem pengendalian banjir menjadi bagian pendekatan penanganan banjir. Selain itu penguatan governance dengan meningkatkan peran masyarakat agar lebih proaktif dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan akibat banjir.
Peneliti senior LP3ES, Kuswanto SA mengusulkan penerapan Integrated Flood Management dengan menggunakan model kombinasi penanganan struktur dan non-struktur secara tepat, proporsional, terintegrasi dan saling mendukung.
“Penting bagi pemerintah untuk membangun visi bersama dengan melibatkan seluruh stakeholder mulai dari komunitas lokal sampai pengambil keputusan tertinggi,” tambah Kuswanto yang juga anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional.
Selain faktor 13 sungai yang bermuara di teluk Jakarta, Sekretaris Dinas sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Dudi Gardesi menyampaikan bahwa Jakarta juga memiliki kerawanan lain terhadap bencana banjir yaitu adanya penurunan daratan (land subsidence).
“Dari sisi wilayahnya sendiri 40% wilayah Jakarta terletak di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut. Ditambah lagi secara geomorfologi wilayah Jakarta merupakan bentukan hasil proses fluvial dan terletak di bagian Utara Pulau Jawa,” tambah Dudi Gardesi.
Bias Persfektif Politik
Rentetan banjir yang terjadi sejak awal tahun di berbagai daerah menjadi perbincangan publik yang cukup hangat di sosial media.
Pakar Social Network Analysis, Ismail Fahmi menyampaikan perbincangan mengenai banjir sudah tidak lagi didominasi oleh Jakarta: perbincangan banjir di luar Jakarta ikut meramaikan media sosial yang ditandai dengan kemunculan hastag seperti #prayforkalsel, semarang, cikampek dan lainnya.
“Selama tahun 2021 percakapan tentang banjir di media sosial sudah tidak lagi menjadi perbincangan banjir secara murni tetapi bertransformasi menjadi sentimen politik,” ujar Ismail Fahmi.
Namun demikian, Founder Drone Emprit ini menambahkan kampanye kontra Anies terkait banjir 2021 relatif berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. []