Scroll untuk baca artikel
Terkini

Manusia Perlu Belajar Banyak dari Semut, Ini Kata Profesor IPB University

Redaksi
×

Manusia Perlu Belajar Banyak dari Semut, Ini Kata Profesor IPB University

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Anda Masih menyepelekan semut? Bahkan membunuhnya? Semut dianggap menganggu bahkan disebut juga hama? Sepertinya mulai sekarang Anda harus berpikir dua kali.

Di tengah keruwetan dunia dan juga kemajuan teknologi, manusia justru harus belajar dari semut. Ngak percaya?

Simak pernyataan Prof Damayanti Buchori, Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman IPB University dalam sebuah presentasinya, belum lama ini.

“Serangga ini tergolong pintar. Teknik bertahan hidupnya dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk diterapkan di berbagai bidang. Bahkan perannya di bidang lingkungan dan pertanian jarang terdengar oleh masyarakat,” kata Damayanti seperti dikutip dari laman IPB University.

Disampaikan Damayanti, semut memiliki kemampuan membangun sarang koloni di bawah tanah dan dapat bertahan hingga berabad-abad.

“Sistem terowongan bawah tanah yang dibangun juga tidak mudah runtuh. Teknik ini kemudian dipelajari oleh manusia dalam membangun ekskavasi,” ujarnya.

Disampaika Damayanti, seharusnya manusia dapat memandang semut dari sisi berbeda. Sebagai inspirasi kehidupan.

“Seperti bagaimana membuat algoritma dalam pembuatan terowongan atau ekskavasi dalam tanah hingga dapat aman,” ujarnya.

Menurut Damayanti, cara semut membangun terowongan juga dapat ditiru manusia dalam membangun struktur menara atau sistem ventilasi bangunan.

“Umur semut sudah mencapai jutaan tahun lalu dibanding manusia. Evolusinya sudah jauh lebih berkembang sehingga manusia tidak boleh menyepelekan kemampuan semut,” kata Ketua Pusat Ilmu Transdisiplin dan Keberlanjutan (CTSS) IPB University ini.

Pelajaran lain yang bisa dipelajari dari semut, lanjut Damayanti, juga sistem navigasi dalam kelompoknya yang tidak pernah menimbulkan kemacetan dan tabrakan.

“Perilaku semut ini sedang dipelajari dalam pengembangan algoritma driverless car atau mobil tanpa supir,” ujarnya.

Menurut Damayanti, ini sangat mengejutkan ternyata perilaku serangga justru banyak dilihat sebagai ilmu baru dikembangkan oleh orang-orang komputer serta informasi dan teknologi (IT).

“Jadi ayo jangan ragu-ragu belajar perilaku serangga. Kini masih sangat sedikit yang mempelajarinya di Indonesia, karena rahasia masa depan Artificial Intelligence (AI) ada di serangga,” katanya.

Tidak sampai di situ. Ternyata menurut Damayanti perilaku semut membawa beban yang lebih berat 20 kali ukuran tubuhnya, bahkan hingga 100 kali, juga tengah dipelajari.

“Dalam kehidupannya, interaksi dengan lingkungan bisa bersifat positif atau mutualisme dengan tanaman maupun serangga lain. Interaksi ini banyak membuka wawasan terkait manfaat semut bagi lingkungan,” ujarnya.

Selain itu, tambah Damayanti, semut juga dipakai untuk proses pengobatan. Semut dianggap dapat meredam bengkak karena mengandung anti inflamatory.

“Pengobatan ini mungkin saja menjawab krisis antibiotik, dimana manusia semakin resisten terhadap obat antibiotik buatan manusia,” katanya.

Disampaikan Damayanti, terkait pertanian semut juga mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dan aerasi.

“Mampu membunuh serangga hama seperti ulat, kutu-kutuan, lalat, belalang sehingga dapat menjadi sahabat petani,” ujarnya.

Sebagai decomposer, kata Damayanti, semut juga luar biasa peranannya. Bahkan bisa menjadi hewan penyerbuk.

“Seharusnya kita dapat belajar dari semut karena sangat mirip dengan kita, yakni dalam menjaga kehidupan yang harmonis yang harus kita pelajari,” ujarnya.