Namun, bukan berarti waktu yang singkat itu menjadi acuan, karena lazimnya keseringan memakai Sistem 1 yang terlalu cepat, tidak menutup kemungkinan akan terkena bias sehingga membuat seseorang sering lupa karena terlalu percaya diri.
Lima Bahasan Utama
Setelah memahami bahwa dua sistem adalah pondasi untuk menyelami teori-teori dan eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan oleh Kahneman.
Maka, berdasarkan bukunya itu ada lima bahasan utama yang menjadi fokusnya, salah satunya dua sistem pikiran di atas, lalu bias dan heuristik, terlalu percaya diri, pilihan, dan dua diri. Akan tetapi, dari kesemua itu, dia menekankan bahwa manusia yang terlalu sering berpikir melalui sistem 1 justru terkadang terjerumus dalam kekeliruan.
Itulah sebabnya, dalam bukunya, Kahneman menunjukkan bahwa bias kognitif sering sekali menjadi momok masalah, sehingga mendorongnya untuk melakukan penelitian mengenai penghindaran kerugian, serta menyoroti beberapa penelitian akademis untuk menunjukkan kalau ternyata orang terlalu percaya pada penilaian manusia, atau menjadi tidak rasional.
Lalu, bahasan lainnya juga tidak kalah menarik dalam menelaah mengapa manusia seringkali mengambil keputusan secara tidak rasional, di antaranya: Pertama, anchoring (penjangkaran, tautan/kaitan). Di mana dalam studinya, Kahneman membuktikan bahwa manusia terpengaruh dengan apa yang diketahuinya.
Kedua, teori penghindaran kerugian, yang menyimpulkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih menghindari rugi $5 dibanding mencari untung $5.
Ketiga, teori prospek, yang menunjukkan bahwa mayoritas orang lebih memilih model potensi keuntungan 0%-11% (tidak pasti sampai mendekati pasti), daripada peluang keuntungan 50%-61%; atau 89%-100% (mendekati pasti sampai pasti untung).
Keempat, bias biaya hangus (sunk cost fallacy), yang memperlihatkan bahwa kebanyakan orang cenderung membuang posisi investasi mereka yang sedang jelek (rugi) ketimbang memilih investasi berkala rutin meski perolehannya positif.
Uniknya, dari hal-hal di atas, Kahneman berhasil mengurai benang kusut, mengapa seseorang yang pada awal investasi mengalami kerugian, kemudian akan melihat investasi itu sebagai hal yang merugikan.
Sebaliknya, pada awal melihat investasi memperoleh keuntungan, maka dia akan melihatnya sebagai peluang.
Bahkan, dari fakta dan cerita yang dibeberkannya pun menggelitik saya, ketika ia mengungkap bahwa ternayata selama ini kebanyakan orang tidak belajar dulu sebelum memulai investasi, seperti menghitung risiko, membaca peluang, dan mencari fakta lain yang akan membantunya dalam berinvestasi, sebagaimana cara kerja sistem 2 yang lambat.