Melansir pemberitaan di The New York Times, Direktur Eksekutif Linux Foundation Public Health Brian Behlendorf mengatakan setiap orang yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara yang membutuhkan vaksin terhadap malaria, difteri, dan penyakit lainnya telah mendapatkan kartu kuning.
Bahkan di sekolah umum, orang tua juga harus menunjukkan anak-anak mereka telah divaksinasi. “Ini bukanlah sesuatu yang baru,” kata Brian.
Yang membedakan antara “paspor vaksin” dengan “kartu kuning” adalah di komponen digitalnya. Dalam “paspor vaksin” Covid-19 dimungkinkan memiliki satu catatan vaksinasi untuk memesan penerbangan, hotel, dan hal lainnya. “Seharusnya berfungsi seperti email,” ungkap Brian.
Apapun yang dilakukan oleh negara-negara maju tersebut adalah langkah untuk menyelamatkan manusia dari kerugian-kerugian yang disebabkan pandemi Covid-19. Seperti meningkatkan kesehatan dan membangkitkan perekonomian, khususnya industri pariwisata.
Semoga hal itu juga akan berlaku di Indonesia ya! Sebab pariwisata menjadi penyumbang devisa terbesar di negeri ini.[]