SEORANG Joko Pinurbo, menuliskan bahwa “Yogya terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.” Tentu ini melalui perenungan yang dalam dan memuat pesan nggak main-main.
Saya membayangkan kemunculan puisi tentang mobil ESEMKA. Barangkali akan tertulis bahwa “ESEMKA terbuat dari cita-cita, teknologi seolah-olah, dan keajaiban.”
Mobil ini dipopulerkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Berawal dari cita-cita Sukiyat, pemilik bengkel KIAT dan diberi sentuhan teknologi seolah-olah oleh Joko Widodo sehingga muncul keajaiban.
Keajaiban pertama adalah hilangnya nama Sukiyat selaku penggagas. Keajaiban kedua adalah mobil ini menjadi tak kasat mata karena teknologi Stealth Mode. Bahkan sampai bertahun-tahun sejak pabriknya diresmikan.
Keajaiban berikutnya, tombol Stealth Mode untuk mode normal atau mode tampak hanya bisa berfungsi ketika Jokowi sedang repot beragenda politik.
Menkeu Menghina ESEMKA
Begitulah, ESEMKA menjadi tunggangan para dewa. Namun seorang menteri keuangan Sri Mulyani tak memberlakukan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 5/PMK.010/2022 tentang Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). Padahal dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa produksi yang memiliki kandungan lokal sampai 70% dibebaskan dari pajak.
Ini jelas penghinaan terhadap ESEMKA. Lha wong pabriknya saja ada di Boyolali dan diresmikan Presiden kok diragukan kandungan lokalnya. Itu namanya bajindul.
Tak hanya itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) juga tidak mencatat merek ESEMKA sebagai anggota.
Diakui oleh Yohanes Nangoi, ketua umum GAIKINDO, bahwa merek ESEMKA memang tak tercatat sebagai anggota organisasi kendaraan roda empat di Tanah Air.
“Saya enggak ngerti, sama sekali enggak mengerti karena mereka bukan anggota Gaikindo, dan saya tidak berani berkomentar,” ujar Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo, di sela-sela konferensi pers Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) di Plataran, Senayan, Jakarta Pusat.
Nangoi sebenarnya berminat mengajak ESEMKA, menurutnya Gaikindo sendiri sangat terbuka jika Esemka berniat untuk menjadi anggota. Beberapa waktu lalu, Gaikindo juga telah menawarkan merek yang memiliki pabrik di Boyolali, Jawa Tengah ini sebagai bagian dari keanggotaan Gaikindo.
“Kami sudah approach (menawarkan) untuk menjadi anggota, sudah lama. Tapi, belum ada respon positif dari mereka,” kata Nangoi.
Gaikindo Tak Tahu Kasta ESEMKA
Dalam hal ini bisa dimengerti kalau Gaikindo memang organisasi tak tahu diri. Meski menaungi merek-merek seperti Toyota, Honda, Suzuki dan lain-lain yang cukup dikenal, namun mereka nggak nyadar kalau ESEMKA memiliki kasta berbeda.
Bukankah kemunculan ESEMKA hanya saat-saat tertentu, yakni ketika ada di sekitar proses politik. Bahkan ketika Jokowi tak bisa maju lagi dalam pilpres, namun karena masih pengin menjadi king maker, maka ESEMKA harus turun gunung dan memperlihatkan diri.
Teknologi Mode Siluman
Tombol Stealth Mode yang memungkinkan ESEMKA menggunakan mode siluman sehingga tak terlihat dimatikan. Maka tampaklah wujudnya.
Ini adalah satu-satunya mobil yang diproduksi massal yang menggunakan teknologi canggih serupa mobilnya James Bond 007. Tak ada satupun industri otomotif dunia yang mampu memproduksi massal seperti ESEMKA. Bahkan sekelas Ferrari, Lamborghini, Porsche dan mobil-mobil Supercar tak mampu mengadopsi teknologi siluman ini secara massal.
Kasta ESEMKA adalah tunggangan para dewa. Cita-cita agar ESEMKA mendunia sudah terlampaui. Kini ESEMKA bahkan sudah mencapai tataran melangit dan mengakhirat.