Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Menanam Pohon Tidak Cukup untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Redaksi
×

Menanam Pohon Tidak Cukup untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Sebarkan artikel ini

“Orang-orang berpikir, apa salahnya menanam lebih banyak pohon, tetapi hanya sedikit yang memiliki latar belakang untuk memahami masalah ekologis,” katanya, seraya menambahkan bahwa setiap program penanaman pohon besar perlu mencermati banyak faktor terkait, termasuk air dan potensi dampak sosial, seperti dislokasi masyarakat.

Dia melanjutkan, orang-orang mengira mereka akan menanam pohon-pohon ini dan mereka akan tumbuh dan hidup bahagia selamanya.

“Banyak tempat yang tidak memiliki pohon terlalu kering, kalian tidak bisa hanya menancapkannya di tanah dan puf, memiliki hutan baru. Dan, tidak memikirkan kerangka waktu pohon,” terangnya.

Dia menerangkan, pohon-pohon ini harus tumbuh dengan baik dan berumur panjang dan tidak rentan terhadap penyakit dan serangga, untuk menangkap banyak karbon.

“Ini merupakan komitmen multigenerasi untuk menjaga hutan ini. Mereka tidak bisa dipanen dan kalian tidak bisa menanamnya begitu saja dan pergi begitu saja,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Profesor teknik sipil dan lingkungan MIT, Charles Harvey. Walaupun, menanam pohon ide yang bagus, namun kenyataannya jauh lebih rumit daripada mengamsumsikan lebih banyak pohon dapat menghilangkan emisi yang dihasilkan manusia, katanya. Satu pertanyaan kuncinya: Berapa banyak lahan tanpa pohon yang tersedia untuk ditanami.

Charles berpendapat, masyarakat dapat memperoleh lebih banyak keuntungan dengan berfokus pada melestarikan hutan yang ada daripada memprioritaskan pertumbuhan baru sebagai cara untuk mengimbangi emisi.

Dia menganggap, hal yang jauh lebih efisien sebenarnya untuk mendapatkan efek yang lebih besar dalam upaya yang sama adalah berhenti menebang pohon.

“Hampir konyol untuk berpikir tentang [menanam sejumlah besar pohon baru] sementara kita hanya membakar dan menghancurkannya di mana-mana, melepaskan karbon dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan baru,” ungkapnya.

Penanaman hanyalah awal dari proses pemulihan dan harus dilihat sebagai investasi jangka panjang dalam pengelolaan dan pertumbuhan pohon selama bertahun-tahun. Penanam harus memilih benih yang sesuai dengan lokasi dan mendukung berbagai fungsi pohon sebagai sumber makanan, mata pencaharian, habitat satwa liar, dan perlindungan kualitas udara, air, dan tanah.

Sebaliknya, hutan sering dipandang sebagai komoditas tunggal yang perlu dibuka untuk perkebunan kelapa sawit, dikonversi untuk tanaman lain atau ditebang untuk pemanenan kayu, mengabaikan potensinya sebagai solusi berbasis alam. Tentu, seperti yang disampaikan para peneliti, hal ini jauh lebih rumit dibandingkan hanya menanam jutaan pohon di seluruh dunia.