BARISAN.CO – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong transisi energi jangka panjang dan dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan pada perhelatan COP26 di Skotlandia, Senin (1/11/2021).
PLN mendukung penuh program dekarbonisasi yang diusung pemerintah guna menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Mengingat saat ini, dengan menggunakan skenario business as usual (BAU), Indonesia diperkirakan memberikan kontribusi 4 miliar ton CO2 per tahun pada 2060 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
“PLN memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi hijau di Indonesia. Kami berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi,” ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam seri diskusi bertemakan Becoming the World’s Leader in Green Economy dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021) waktu setempat.
Zulkifli menjabarkan, mulai 2030 PLN akan memasuki tahap pertama mempensiunkan pembangkit fosil tua yang sub-kritikal sebesar 1 gigawatt (GW).
Kemudian pada 2035 memasuki tahap kedua, PLN akan kembali mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sub-kritikal sebesar 9 GW. Hal ini dikarenakan, kehadiran PLTU memberikan kerugian bagi sosial dan lingkungan.
Tahap ketiga pada 2040, PLN akan mempensiunkan PLTU yang super critical sebesar 10 GW. Lima tahun berikutnya, PLN akan dilaksanakan pemensiunan PLTU ultra super critical tahap pertama sebesar 24 GW dan setelah itu pada 2055 tahap pemensiunan super critical terakhir sebesar 5 GW.
Adapun pada periode 2030 hingga 2056 mendatang, PLTU akan digantikan dengan energi baru terbarukan secara bertahap.
“PLN siap menjalankan tugas mulia, yaitu menyediakan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang. PLN akan mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki, manusia, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kapital seoptimal mungkin untuk menjalankan tugas tersebut,” ujar Zulkifli.
Peta Jalan PLN Mengurangi 900 Juta Ton Karbon per Tahun

Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi, mengatakan peta jalan yang disiapkan PLN akan menghasilkan pengurangan emisi sebesar 900 juta ton CO2 ekivalen pada 2060. Peta jalan ini terdiri dari 13 inisiatif hingga 2060.
“Inisiatif jangka pendek ini (NDC 2030) akan membutuhkan dukungan belanja modal (capex) sebesar USD 148 miliar,” ujarnya dalam talkshow Business Leadership: Supporting Ambitious Target Achievement on GHG Emission Reduction dalam rangkaian KTT COP 26, Rabu (3/11) waktu setempat.
Adapun 9 inisiatif disiapkan mendukung NDC 2030, yakni pengembangan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke EBT, pengembangan pembangkit gas, menerapkan teknologi PLTU ramah lingkungan, memensiunkan PLTU, penerapan co-firing, melakukan penerapan efisiensi dan menurunkan susut jaringan, percepatan memensiunkan PLTU, Carbon Capture and Storage (CCS), serta penerapan co-firing berbasis hidrogen.