Scroll untuk baca artikel
Blog

Mencipta Buruh Melalui Perguruan Tinggi

Redaksi
×

Mencipta Buruh Melalui Perguruan Tinggi

Sebarkan artikel ini

Mahasiswa memilih jurusan berdasarkan peluang kerja yang mapan. Sedangkan kosentrasi pendidikan kurang begitu diperhatikan perusahaan dalam memilih calon karyawan. Dampaknya banyak karyawan perusahaan yang bekerja tidak sesuai dengan segmen pendidikan mahasiswa selama di kampus.

Dalam program kampus merdeka, pemerintah mengusung 4 kebijakan strategis seperti; program re-akreditasi bersifat otomatis untuk seluruh peringkat dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat, memberikan hak kepada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi dan melakukan perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS), memberikan otonomi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk melakukan pembukaan atau pendirian program studi (prodi) baru, dan kebebasan bagi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (PTN BH).

Lulusan mahasiswa diharapkan mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan umum, dan keterampilan khusus. Ada ruang gerak bagi mahasiswa untuk mendesain masa depannya dengan memilih mata kuliah sesuai keahlian spesifik yang ditopang dengan keahlian lain yang diminatinya.

Namun program magang masih menjadi budaya penciptaan buruh yang diabaikan pemerintah dan perguruan tinggi. Pre-job Training (Pelatihan Kerja) dan magang yang dipaksakan kepada mahasiswa agar terbiasa menjadi buruh (dunia kerja), menegaskan inkonsistensi pemerintah mendorong mahasiswa untuk menjadi pelaku usaha.

Belum ada realisasi konkret program kampus merdeka untuk mencipta pelaku usaha bagi mahasiswa. Apalagi ada otonomi perguruan tinggi yang semakin melonggarkan kampus untuk membuat sistem budaya kampus yang susah dihilangkan sejak zaman kolonial. Kemandirian mahasiswa memilih program studi tidak lantas dijadikan indikator mahasiswa ketika lulus menjadi wirausaha. Setidaknya sampai saat ini, masih banyak mahasiswa yang memilih aman untuk menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan daripada mengambil risiko menjadi wirausaha yang mempunyai potensi bangkrut. Apalagi bagi mahasiswa yang nihil modal. [Luk]