Scroll untuk baca artikel
Kisah Umi Ety

Mengembangkan Rasa Ingin Tahu Anak [Bagian Empat]

Redaksi
×

Mengembangkan Rasa Ingin Tahu Anak [Bagian Empat]

Sebarkan artikel ini

Secara tak sengaja, kami diterjang ombak yang cukup besar. Padahal, kami terbilang sudah berada di bagian yang cukup aman dari ombak-ombak kecil dan sedang. Air mencapai ke pinggang saya, ke pundak Ira dan menyentuh kepala Adli. Mereka saya pegang erat, namun baju kami basah kuyup. dan sandal pun hanyut.

Tentu saja mereka terkejut, namun tampak senang karena ombak besar hanya berlangsung sekali, dan merasa dipegang erat. Pertanyaan tentang ombak pun beruntun keluar dari mulut mereka. Begitu pula tentang banyak hal baru yang mereka lihat. Ada kerang, batu koral, batu karang, dan undur-undur yang berjalan mundur.

Tidak semua hal yang menjadi perhatian dan ditanyakan anak-anak bisa saya jawab. Namun, seperti biasa berterus terang tentang ketidaktahuan, lalu membesarkan hati mereka dengan kemungkinan akan dipelajari nanti. Akan dicari di buku, dipelajari di sekolah, atau ditanyakan kepada guru.

Salah satu akibat positifnya setelah piknik, Adli mulai semangat berangkat sekolah. Dia sempat sering malas bangun ketika masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak.

Di pasar tradisional ketika diajak berbelanja, hampir semua anak saya terus bertanya dan menunjuk barang-barang yang semula tidak ketahuinya. Mereka juga bertanya mengapa pasarnya becek dan bau. Mereka tampaknya membandingkan dengan mini market yang kadang kami kunjungi.

Abahnya terbilang sering membawa anak-anak ke stasiun kereta api atau ke daerah dekat stasiun. Adli dan Akram sangat senang melihat kereta api, dan seolah tak pernah bosan. Kadang abahnya membawa mereka naik kereta api sampai Solo, yang berjarak sekitar 60an kilometer dari Yogya. Istirahat dan main sebentar di stasiun Solo, kemudian kembali lagi.

Sekalipun sadar tentang perhatian anak-anak pada banyak hal yang membuat mereka bertanya nyaris tanpa henti, saya sempat tidak menyangka pengamatannya kadang pada hal yang sangat detail. Saya pun terdorong untuk terus belajar dan menyiapkan diri, terutama dengan membaca buku-buku dan majalah.

Pada suatu hari, abahnya membelikan peta dunia dan menempelkannya di dinding. Akram yang belum pernah melihat, bertanya “Apa itu?” Ketika dijawab, “Peta Dunia” pertanyaan terus berlanjut. “Ini gambar apa?” Dijelaskan perlahan tentang nama-nama benua, lautan dan lain sebagainya.

Akram tertarik dengan perbedaan warna pada peta tersebut. Dia berulang kali menunjuk serta terus bertanya. Kebetulan yang sering ditunjuknya benua Afrika. Oleh karena gambar dan tulisan di peta tampak terlalu kecil, saya mengambilkan buku ATLAS. Saya bukakan halaman yang berisi peta Afrika, dan menjelaskan sesuai keterangannya.