Scroll untuk baca artikel
Blog

Mengenang Gerakan 1 Maret di Korea dan Bagaimana Mereka Mempertahankan Bahasanya

Redaksi
×

Mengenang Gerakan 1 Maret di Korea dan Bagaimana Mereka Mempertahankan Bahasanya

Sebarkan artikel ini

Gerakan rakyat Korea dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan Jepang dimulai pada 1 Maret 1919. Jutaan rakyat Korea di seluruh negeri melakukan aksi demonstrasi dengan damai. Pada hari ini juga terjadi insiden terbunuhnya 7.000 orang yang dilakukan oleh polisi serta tantara Jepang. Gerakan ini juga disebut dengan Demonstrasi Manse atau Pergerakan Samil.

Korea sendiri akhirnya merdeka dua hari sebelum Indonesia meraih kemerdekaannya pada 15 Agustus 1945. Pada hari itu, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu serta kemerdekaan yang telah lama diidam-idamkan oleh rakyat Korea akhirnya tiba waktunya.

Salah satu yang diperjuangkan oleh negara Korea ialah bahasa. Bukan hal yang mudah karena Jepang yang kala itu menjajah negara tersebut ingin menghapus bahasa Korea dan digantikan dengan bahasa Jepang. Bahkan sekolah dilarang untuk ada pelajaran bahasa Korea. Bagi mereka yang melawan hanya ada dua pilihan: Mati atau Penjara.

Namun, ada sekelompok orang yang berusaha tetap mempertahankan bahasa asli dengan membuat kamus bahasa Korea agar masyarakat dapat berbahasa yang sesuai. Kisah ini sendiri dijadikan film Mal-Mo-E: The Secret Mission. Film dengan latar belakang sejarah di Korea selama akhir tahun 1930-an hingga 1940-an.

Para sarjana dan anggota masyarakat mengumpulkan kosakata. Tidak mudah. beberapa diantara mereka harus mati ditembak, ada juga yang dipenjara.

Fakta Menarik Tentang Korea Selatan

Tahukah kamu walaupun bahasa Inggris merupakan bahasa internasional, namun masih banyak masyarakat di Korea Selatan yang tidak menguasainya?

Beberapa tahun yang lalu, saya memiliki atasan orang asli Korea Selatan. Kami kesulitan berkomunikasi. Saya tidak memahami Korea dan ia pun masih belajar bahasa Indonesia. Satu-satu jalan ialah bahasa Inggris. Setidaknya, saya masih bisa memahami sedikit demi sedikit. Namun, yang mengagetkan ialah ketika ia mengatakan bahwa ia tidak bisa bahasa Inggris. Alasannya adalah karena tidak penting untuk dipelajari. Terutama ia bekerja di Indonesia, jadi ia lebih memilih untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Sayangnya, banyak ekspatriat yang tinggal dan bekerja di Indonesia masih enggan belajar bahasa Indonesia dengan alasan orang Indonesia mengerti bahasa Inggris. Jadi, tidak perlu repot-repot untuk belajar. Berbanding terbalik, bukan?

Indonesia seharusnya menerapkan kemampuan berbahasa bagi mereka yang bekerja dan berusaha disini. Seperti yang dilakukan para artis K-Pop yang berusaha mempelajari bahasa dikarenakan Indonesia masuk dalam daftar jumlah fans terbanyak di dunia.