Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Menimbang Berkah dan Masalah Seputar Neobank

Redaksi
×

Menimbang Berkah dan Masalah Seputar Neobank

Sebarkan artikel ini

Maka itu, kini dunia perbankan sejatinya tengah menuju neobank. Meski banyak pihak masih sangsi neobank dapat terealisasi dalam waktu dekat di Indonesia, mengingat infrastruktur teknologi di sini masih belum memadai.

Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menargetkan akan merampungkan regulasi yang mengatur neobank ini pada Juni tahun ini.

Keuntungan Digitalisasi bagi Perbankan

Peralihan pekerjaan manusia ke mesin digital bagi bank tidak hanya dilatarbelakangi alasan kepentingan layanan semata. Melainkan, secara hitungan bisnis juga menguntungkan bank itu sendiri.

Hal yang paling kentara, yakni turunnya beban operasional perbankan. Di mana selama ini porsi beban karyawan terhadap total beban operasional bank amat besar. Maka, operasional bank yang semakin efisien dengan digitalisasi akan membuat bank lebih ringan untuk mengincar laba usaha yang lebih besar.

Selain itu, kemutakhiran teknologi juga membantu bank untuk memitigasi risiko. Vishal Marria mencatat dalam majalah Forbes, “Teknologi AI (kecerdasan buatan) membantu meminimalisir bias karyawan ketika pengambilan keputusan, sehingga kualitas keputusan menjadi lebih bagus.”

Untuk itu, beban operasional karyawan dapat dialihkan ke pengembangan teknologi. Dan, semua bank kini banyak mengalokasikan dana yang cukup besar untuk hal ini. Tak tanggung-tanggung, Bank Mandiri misalnya, pada 2018, mengalokasikan sekitar 56 persen belanja modalnya, sebanyak 1,75 triliun rupiah untuk belanja IT. 

Tidak Semuanya Siap

Selalu ada yang tertinggal di tengah kemajuan. Walaupun banyak rilis menunjukkan pengguna internet di Indonesia tumbuh pesat bahkan tertinggi se Asia, tidak semua pihak siap mengakses hal-hal serba digital dan, Pak Joko adalah salah satunya.

Umur Pak Joko sudah lebih dari setengah abad. Setahun lagi ia pensiun. Biasanya, setiap awal bulan, ia datang ke bank untuk sekedar mencetak buku tabungan.

Padahal, ia menggunakan telepon genggam (HP) pintar, dan juga menginstal m-banking. Namun, ia tetap saja rela mengantri ke bank walaupun sebetulnya ia bisa melihat history transaksinya lewat HP.

Alasannya adalah kebiasaan. Ia sudah terbiasa melakukan aktivitas itu dan baginya lebih mudah untuk mengecek history transaksi di buku ketimbang HP.

Selain itu, Pak Joko kadung takut untuk mengotak-atik menu yang ada di m-banking. “Saya takut kalau pencet-pencet menu m-banking, takut salah nanti uang hilang,” akunya.

Selain itu, bagi nasabah, pelayanan tatap muka tidak bisa sepenuhnya ditiadakan. Dalam kasus tertentu, penyampaian keluhan memang perlu disampaikan secara langsung kepada CS, seperti m-banking bermasalah misalnya.