Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Menjadi Guru Transformasional Menuju Era Society 5.0 (Bagian 1)

Redaksi
×

Menjadi Guru Transformasional Menuju Era Society 5.0 (Bagian 1)

Sebarkan artikel ini

Menjadi guru transformasional adalah melakukan berbagai upaya yang memperkuat eksistensi sebagai agen perubahan, sebagai contoh dalam mengimplementasikan nilai-nilai dalam pendidikan yang relevan dan kontekstual.

DALAM rangka menyiapkan masyarakat menuju Society 5.0, banyak negara maju mulai  melakukan transformasi besar-besaran di bidang pendidikan. Tujuannya, untuk membentuk sebuah generasi yang mampu beradaptasi di era Society 5.0.

Pada era society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan yang diharapkan akan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan bermasyarakat.

Perubahan teknologi yang terjadi dengan sangat cepat, dan  semua pekerjaan yang selama ini ditangani manusia telah dapat diambil alih oleh robot dan komputer. Eksistensi masyarakat, dalam hal ini para generasi yang lahir dari produk sistem  pendidikan  perlu memfokuskan diri pada kekuatan manusia itu sendiri.

Sejatinya transformasi dalam pendidikan tersebut akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Karena di dalam society 5.0, juga ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian problem sosial.

Bagaimana dengan sistem Pendidikan? sistem pendidikan perlu direorientasi untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, nilai-nilai, dan kemampuan untuk bertindak demi kemajuan semua orang dan planet ini, sebagai warga masyarakat global yang bertanggung jawab. Dari tahap itu sistem pendidikan akan bertransformasi.

Apa itu “pendidikan transformatif”?  

Pendidikan transformatif melibatkan pengajaran dan pembelajaran yang diarahkan untuk memotivasi dan memberdayakan peserta didik yang bahagia dan sehat untuk mengambil keputusan dan tindakan yang tepat di tingkat individu, komunitas, dan global.​

Peserta didik harus terlibat dengan dunia dan menemukan koherensi antara dunia yang mereka alami di sekolah dan dunia yang kita semua ingin bangun di luar sekolah.

Untuk membangun dunia ini, kita perlu belajar membaca dan menulis, tetapi kita juga perlu belajar kolaborasi, empati, pemecahan masalah yang kompleks, hubungan dengan manusia dan alam lain.

Pendidikan hanya bisa bertransformasi  ketika siswa merasa dihargai, diakui, aman dan dimasukkan dalam komunitas belajar sebagai anggota penuh dan aktif. Ini dimulai dengan mencegah dan menangani kekerasan dan perundungan di sekolah, kekerasan berbasis gender, serta diskriminasi terkait kesehatan dan gender terhadap peserta didik dan pendidik.

Guru diharapkan mengubah pengajaran mereka, misalnya, memastikan bahwa kurikulum, pedagogi, materi pembelajaran, sekolah atau lingkungan belajar bermakna dalam konteks alam, politik, ekonomi, dan budaya.