BARISAN.CO – Hidup berumah tangga terkadang menemukan sedikit persoalan, seperti menyikapi emosi. Saat pandemi Covid-19 barangkali ada suami yang tiba-tiba emosinya naik, mungkin karena stres atau adanya beban yang belum terselesaikan. Lantas bagaimana menyikapi emosi suami.
Memang hal tersebut memerlukan penanganan segera terkait menyikapi dalam menghadapi sikap maupun tingkah laku suami yang selalu berubah. Terkadang emosi suami itu lembut, namun terkadang kasar.
Menyikapi emosi suami memang perlu perhatian khusus. Hal ini tentu supaya rumah tangga tentram bahagia. Apa lagi jika rumah tangga sudah memiliki anak-anak. Bisa jadi emosi suami tersebut diluapkan saat ada anak-anak. Tentu hal ini akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan kembang anak.
Kondisi tersebut tentu sangat meresahkan bagi istri. Sebagai istri yang baik berupaya menemukan jalannya, sebab jika tidak terasa lelah dalam menghadapi emosi suami. Apa lagi jika emosi sampai berpengaruh pada hubungan yang kurang harmonis. Jika saling emosi tentu dampaknya kan lebih membahayakan.
Seorang istri hal ini memang dituntut menjadi pribadi yang kuat dan tumbuh menjadi ibu yang penuh welas asih.
Dalam tradisi psikologi transpersonal, dipahami bahwa setiap individu yang kita jumpai pasti memiliki masalahnya sendiri. Mereka yang bermasalah adalah mereka yang sedang “bertempur” dengan dirinya sendiri yang tidak jarang dampak “pertempuran” tersebut berimbas pada orang-orang di sekitarnya tanpa mereka sadari.
Ada satu ungkapan bahwa setiap individu pasti memiliki luka dalam dirinya. Namun hanya yang mampu sembuh dari lukanya yang tidak akan melukai yang lainnya.
Jika tiba-tiba emosi suami mengalami perubahan, pastilah ada yang berkecamuk dalam dirinya. Sehingga ditampilkannya pribadi yang terkadang lembut, tapi terkadang kasar dan imbasnya adalah perlakuan yang moody tadi pada istri.
Ini berarti suami saat ini, masih terluka sehingga kemungkinan melukai istri masih dapat terjadi dan istri diharapkan dapat memahaminya.
Menyikapi emosi suami
Lalu bagaimana sikap istri harus menyikapinya? Ada beberapa hal yang dicoba lakukan. Pertama, pahami dulu bahwa suami sedang dalam kondisi tidak nyaman, yang mengganggunya.
Jika sudah demikian, maka ambilah posisi untuk tetap tenang dan diam. Biarkan suami mengomel hingga puas. Tanpa menanggapinya atau dimasukkan dalam hati karena yang bicara adalah emosinya bukan pribadinya yang sebenarnya.
Jangan menantangnya atau balik menyalahkannya, namun tetaplah perhatikan dirinya. Seiring dengan menurunnya tekanan amarahnya berikan dia perhatian dan hal-hal yang menenangkan dan membuatnya nyaman, seperti minuman hangat atau suasana rumah yang disukainya.
Kedua, jangan dulu buru-buru mencari jalan keluar. Tidak perlu tergesa-gesa, yang perlu dilakukan adalah mendengarkan keluhannya dan sejajarkan posisi istri dan sumi, tidak satu mendominasi yang lain. Usahakan Anda tidak terpancing dengan kata-katanya yang bisa jadi tidak benar atau menyulut emosi.
Nah, jika sudah benar-benar tuntas, sampaikan cerita atau pendapat versi istri kepada suami tanpa memojokkannya. Trik yang dapat digunakan adalah menyampaikan kondisi yang dialami tersebut dalam bentuk “problem bersama”.
Misalnya, sampaikan pada pasangan sang suami, bagaimana kita bisa bersama-sama menghadapi sikap mudah berubah-ubah saya atau mas? Adakah sarannya, keberatankah jika dalam kondisi emosi dia diingatkan atau malah memilih untuk didiamkan sejenak.
Pada dasarnya, komunikasi yang baik dan komitmen memelihara keutuhan keluarga adalah pemupuk kesabaran dalam menyikapi kondisi pasangan.