Kedua, jangan dulu buru-buru mencari jalan keluar. Tidak perlu tergesa-gesa, yang perlu dilakukan adalah mendengarkan keluhannya dan sejajarkan posisi istri dan sumi, tidak satu mendominasi yang lain. Usahakan Anda tidak terpancing dengan kata-katanya yang bisa jadi tidak benar atau menyulut emosi.
Nah, jika sudah benar-benar tuntas, sampaikan cerita atau pendapat versi istri kepada suami tanpa memojokkannya. Trik yang dapat digunakan adalah menyampaikan kondisi yang dialami tersebut dalam bentuk “problem bersama”.
Misalnya, sampaikan pada pasangan sang suami, bagaimana kita bisa bersama-sama menghadapi sikap mudah berubah-ubah saya atau mas? Adakah sarannya, keberatankah jika dalam kondisi emosi dia diingatkan atau malah memilih untuk didiamkan sejenak.
Pada dasarnya, komunikasi yang baik dan komitmen memelihara keutuhan keluarga adalah pemupuk kesabaran dalam menyikapi kondisi pasangan.
Pemahaman akan welas asih di atas juga dapat membantu kita untuk selalu punya energi tambahan dalam menghadapi masalah dalam rumah tangga.
Berilah batasan perilaku yang bisa toleransikan, jangan sampai terjadi pemukulan atau bentuk kekerasan yang lain, yang mengancam keselamatan anak-anak.
Batasan tersebut bukan berarti membatasi kesabaran istri, namun melindungi hak-hak istri. Yang dapat direnungkan bersama bahwa kesabaran yang masih ada batasnya adalah bukan kesabaran, dan keikhlasan yang masih disuarakan pada orang lain, belumlah keikhlasan.
Ikhlas itu berbahagia atas kesulitan kita, seperti saat kita dimudahkan. (Dari berbagai sumber)