Jumlah simpanan masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum meningkat sebanyak 11,07%. Dari sebesar Rp5.982 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp6.644 triliun pada akhir 2020. Kelompok simpanan yang mengalami kenaikan terbesar adalah pada rekening dengan nominal lebih dari lima miliar rupiah.
Kelompok dengan tier nominal tertinggi dalam 7 kategori LPS tersebut meningkat 14,73%. Dari Rp2.728 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp3.130 triliun pada akhir 2020. Jumlah rekeningnya pun bertambah banyak, dari 101.164 menjadi 108.683 rekening. Nominal rata-rata naik dari Rp26,96 miliar menjadi Rp28,80 miliar per rekening.
Data LPS ini tampak “bersesuaian” dengan data yang dipublikasi oleh Credit Suisse, suatu lembaga keuangan internasional. Menurut data Credit Suisse, penduduk dengan kekayaan bersih US$1 juta atau lebih di Indonesia meningkat jumlahnya. Dari 106.215 orang pada tahun 2019 menjadi 171.740 orang pada tahun 2020.
Credit Suisse juga menyajikan distribusi dari kelompok penduduk tersebut dalam enam kelompok. Semua kelompok mengalami kenaikan jumlah. Kelompok dengan kekayaan bersih sebesar 1-5 juta dolar, bertambah dari 91.932 orang menjadi 150.678 orang. Kelompok 5–10 juta dolar, dari 8.264 menjadi 12.403 orang. Kelompok 10–50 juta dolar, dari 5.210 menjadi 7.616 orang. Kelompok 50–100 juta dolar, dari 468 menjadi 626 orang. Kelompok 100–500 juta dolar, dari 295 menjadi 367 orang. Kelompok 5 juta dolar lebih, dari 46 menjadi 50 orang.
PENDUDUK DENGAN KEKAYAAN BERSIH US$1 JUTA ATAU LEBIH
Sumber data: Credit Suisse, Global wealth databook(2019 dan 2020)
Kita dapat saja mengatakan bahwa penduduk dengan kekayaan bersih lebih dari 100 juta dolar sebagai kelompok sangat kaya. Datanya merupakan penjumlahan dari dua kelompok teratas. Jumlahnya meningkat dari 341 orang pada tahun 2019 menjadi 417 orang pada tahun 2020.
Tentu saja perlu kajian yang lebih mendalam mengenai sebab bertambahnya kekayaan bersih sekelompok penduduk menurut data Credit Suisse. Begitu pula dengan peningkatan simpanan yang sangat signifikan dari tier kelompok teratas pada bank umum.
Perlu difahami pula bahwa data kekayaan tidak selalu searah dengan data pengeluaran penduduk dari BPS yang dipakai untuk menentukan status kemiskinan. Bahkan dengan data distribusi pendapatan dari Bank Dunia, yang sejauh ini masih merupakan estimasi dari data pengeluaran BPS.
Bagaimanapun, data-data di atas mengindikasikan bahwa kelompok penduduk kaya dan sangat kaya justeru bertambah kekayaannya selama pandemi berlangsung. Fakta ini bisa menjadi salah satu pertimbangan otoritas ekonomi dalam pengambilan kebijakan. Misalnya saja terkait dengan pembahasan tentang undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang sedang berlangsung. [rif]