Scroll untuk baca artikel
Blog

Mimbar Virtual: Nasionalisme Kaum Minoritas

Redaksi
×

Mimbar Virtual: Nasionalisme Kaum Minoritas

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Nasionalisme merupakan paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama. Nasionalisme dianut oleh para nasionalis yang menganggap negara sebagai suatu “kebenaran politik” (political legitimacy). Antara lain bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas budaya” dan anggapan bahwa kebenaran politik bersumber dari kehendak rakyat.

Nasionalisme kadang memiliki reputasi buruk. Dinilai sebagai pemikiran sempit dan mempromosikan kesetiaan buta kepada komitmen yang lebih dalam daripada terhadap keadilan dan kemanusiaan. Bahkan, Albert Einstein pernah mengatakan, nasionalisme adalah hal yang kekanak-kanakan. Einstein menyebutnya sebagai campak umat manusia.

Harvard Business Review mengungkapkan, nasionalisme memang sering dikaitkan dengan hal negatif, seperti kefanatikan dan xenofobia. Namun, bisa juga membawa konotasi positif, misalnya patriotisme dan kewarganegaraan yang baik.

Ideologi ini sebenarnya memperkuat komunitas dengan menumbuhkan rasa solidaritas, rasa memiliki, dan identitas kolektif yang melampaui perbedaan etnis serta agama. Banyak gerakan kemerdekaan termasuk yang menentang imperialisme dan penjajahan di abad 20 mengandalkan cita-cita dan sentimen nasionalis agar dapat mewujudkan demokrasi yang lebih besar dan menentukan nasibnya sendiri.

Nasionalisme pun tercatat sebagai dasar dari perjuangan, pembentukan dan deklarasi kemerdekaan negara Indonesia. Dan salah satu fenomena yang menarik pada era itu adalah peran serta mereka yang terbilang minoritas. Terutama minoritas dilihat dari fakta sosiologis seperti para keturunan Arab dan Tionghoa.

Bahkan, dikenal tokoh-tokoh turunan Arab seperti: Abdurrahman Baswedan, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, Faradj bin Said. Kemudian para tokoh keturunan Tionghoa, seperti: Tjia Giok Thwam, Lie Eng Hok, Ferry Sie King Lien, Liem Koen Hian, dan John Lie.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia paska kemerdekaan, terutama satu dua dekade terakhir ini, banyak pihak yang menilai terjadinya kemerosotan nasionalisme. Sekurangnya, sedang diuji dan dipertanyakan. Salah satu penyebab atau tantangan yang telah dan masih akan dihadapi berupa arus, globalisasi.

Nasionalisme yang terutama didukung oleh identitas budaya memperoleh tantangan berat dari makin dikenalinya budaya lain. Terutama kecenderungan mengikuti budaya barat, budaya global atau budaya negara lain, agar dianggap telah menjadi manusia maju dan modern.

Tantangan lain adalah ketimpangan atau kesenjangan sosial ekonomi antar lapisan masyarakat. Kebetulan dalam kasus Indonesia selama beberapa dekade terakhir, keturunan Tionghoa memiliki posisi ekonomi yang secara umum jauh lebih baik dari mayoritas rakyat dengan latar suku lainnya.

Istilah seperti oligarki ekonomi yang juga dianggap sangat memperngaruhi dinamika politik cenderung diasosiasikan dengan etnis turunan Tionghoa. Padahal, jauh lebih banyak rakyat dengan etnis ini tetap hidup sebagai anak bangsa dengan nasionalisme yang tinggi. Bahkan, perlu dikaji apakah mereka yang dianggap sebagai oligarki memang memiliki kurang nasionalis.

Persoalan ini akan diangkat sebagai tema dalam Mimbar Virtual Barisan.co pada Rabu, 24 Agustus 2022 pukul 16.00-17.30 WIB dengan tema, “Nasionalisme Kaum Minoritas”.Acara ini akan menghadirkan narasumber yang kompeten dan di bidangnya, yakni Dr. Kusuma Espe, seorang Sejarawan Militer. Narasumber kedua adalah Vincentius Arnold, seorang turunan Tionghoa yang merupakan aktivis ekonomi solidaritas sosial dan berprofesi sebagai konsultan strategi bisnis.