Scroll untuk baca artikel
religi

Mutiara Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani tentang Kehidupan

Redaksi
×

Mutiara Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani tentang Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani
Ilustrasi foto/Pexels.com

Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani tentang mutiara kehidupan, sosok ulama nusantara yang diakui dunia

BARISAN.CO – Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani patut direnungkan diteladani, terlebih sosoknya yang kharismatik. Ia adalah penyusun kitab Nashoihul Ibad, kitab yang banyak dikaji di kalangan pesantren.

Syekh Imam Nawawi al-Bantani seorang yang alim, zuhud dan intelektual. Kiprahnya pernah menjadi Imam Masjidil Haram di Makkah dan bahkan karya-karya beliau menjadi bacaan dan refrensi di Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir.

Ia adalah ulama Nusantara, yang lahir pada masa kolonial tepatnya di desa Tanara, Tirtayasa Banten pada tahun 1230 H/1814 M. Memiliki nama asli Abu Abdul Mu’thi Muhammad atau Muhammad Nawawi yang dikenal dengan nama Syekh Imam Nawawi al-Bantani.

Syekh Imam Nawawi al-Bantani merupakan sosok ulama yang teguh mempertahankan keilmuan klasik. Ia termasuk salsah satu maha guru bagi ulama-ulama Nusantara dan bahkan dunia mengakuinya.

Syekh Imam Nawawi al-Bantani wafat pada 25 Syawal 1314 H/1897 M di usia 84 tahun di Syeib A’li. Dan dimakamkan di Ma’la, makamnya berdekatan dengan makam Ummul Mukminin Sayidah Khadijah ra.

Ada dua perkara yang tiada suatupun melebihi keunggulannya yaitu iman kepada Allah Swt dan memberikan manfaat untuk kaum muslimin.

Berikut nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam Nashoihul Ibad yang dapat dijadikan mutiara kehidupan.

Hendaklah engkau bersyukur kepada Allah Swt dna berterima kasih kepada kedua orang tuamu.”

“Tidak ada seseorang itu disebut sebagai orang alim sehingga ia mengamalkan ilmunya.”

“Bingung dalam memikirkan perkara dunia akan menjadi hati gelap, sedangkan bingung memikirkan akhirat akan menjadikan hati terang.”

Barangsiapa menuntut ilmu, maka syurgalah yang dicari dan barangsiapa mencari maksiat maka nerakalah yang dicarinya.”

Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nashoihul Ibad:

يستقبل بني أدم اربع نهبات ينتهب ملك الموت روحه و ينتهب الورثة ماله و ينتهب الدود جسمه و ينتهب الخصماء عمله

Artinya: “Anak keturunan Adam akan menghadapi empat kali rampasan. Malaikat maut akan mengambil dengan paksa rohnya, ahli waris akan mengambil hartanya, cacing akan mengambil jasadnya, dan para musuh akan mengambil pahala amalnya.”

“Orang mulia tidak berani berbuat maksiat kepada Allah Swt dan orang yang bijaksana tidak akan mementingkan dunia mengatasi kepentingan akhirat.”

“Janganlaah meremehkan dosa-dosa kecil, karena dari situlah bersemi doa-dosa besar.”

“Sesungguhnya perbuatan baik dapat menghapuskan dosa dari perbuatan buruk seperti mata air menghilangkan kotoran.”

“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan itu, lantaran perbuatan tangan-tangan manusia sendiri.”

“Daratan adalah lidah, sedangkan lautan adalah hati. Maka, apabila lidah telah rusak, maka pribadi-pribadi manusia menangisinya dan apabila hati rusak maka para malaikat menangisinya.”

“Sesiapa yang mencintai sesuatu maka bersedialah ia menjadi hamba abdinya.”

“Kesempurnaan akal itu diperoleh dengan mengikuti keridaan Allah Swt dan menjauhi larangannya.”

Nasihat Syekh Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nashoihul Ibad:

رُؤيَ الغَزَالِيُّ فِى النَّوْمِ فَقِيْلَ لَهُ: مَا فَعَلَ اللهُ بِكَ؟، فَقَالَ أَوْقَفَنِي بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ لِي: بِمَ قَدَّمْتَ عَلَيَّ؟، فَصَرْتُ أذْكُرُ أَعْمَالِيْ، فَقَالَ: لِمَ أَقْبَلُهَا، وَإِنَّمَا قَبِلْتُ مِنْكَ ذَاتَ يَوْمٍ نَزَلَتْ ذُبَابَةٌ عَلَى مِدَادِ قَلَمِكَ لِتَشْرَبَ مِنْهُ وَأَنْتَ تَكْتُبُ فَتَرَكْتَ اْلكِتَابَةَ حَتَّى أَخَذَتْ حَظَّهَا رَحْمَةً بِهَا، ثُمَّ قَالَ تَعَالَى: اَمْضُوْا بِعَبْدِيْ إِلَى اْلجَنَّةِ.

Artinya: “Dalam mimpi itu Imam al-Ghazali ditanya seseorang, “Bagaimana perlakukan Allah terhadap engkau? Beliau menjawab, “Allah SWT membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku? Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman, “Kami tidak menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga seekor lalat itu itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.