Ilham menambahkan bahwa kita semua terkesima dengan kata kunci itu dengan membayangkan sesuatu yang fantastis, tapi sebenarnya belum benar-benar tahu manfaatnya. Menurutnya, saat ini, beberapa produk yang terlihat menarik, misalnya NFT.
“Padahal, kan NFT itu tidak lain dari digital token, misalnya kita punya lukisan didigitalisasi, yang kita jual bukan originalnya. Tapi dari yang kita jual cuma ada satu, makanya disebut non-fungible. Cuma ada itu, tidak ada lain, tentu masih ada banyak kemungkinan untuk memalsukannya karena sesungguhnya kalau kita lihat NFT-nya itu terkait Crypto,” tambah Ilham.
Namun begitu, Ilham menegaskan Metaverse tidak akan menggantikan dunia kita saat ini. Dia memberi contoh sederhana seperti e-book yang tidak bisa menggantikan buku fisik. Karena beberapa orang memilih buku fisik yang disentuh dan dibaca halaman per halaman. Begitu juga dengan e-book.
“Terus terang saya suka keduanya karena ada manfaatnya masing-masing. Saya suka mungkin karena sudah punya umur tertentu, saya terbiasa dengan baca buku. Di sisi lain, kalau saya mau pergi ke lain kota atau lain negara, harus bawa 5 buku itu besar dan berat, yaudah saya bawa saja kindle yang ada 5-6 buku didalamnya,” tuturnya.
Begitu juga dengan yang lebih kompleks yaitu digital banking, Ilham menyampaikan tidak akan menggantikan hybrid banking. Komisaris Utama Bank Muamalat ini memaparkan terdapat manifestasi bank itu ada dan kokoh untuk menciptakan kepercayaan konsumen. Oleh sebab itu, apabila hanya digital banking, masyarakat cenderung tidak percaya.
“Saya kira Metaverse itu semacam hype. Kita ini kalau mau punya eksistensi di Metaverse, kita harus punya digital real estate, jadi ada aset. Katakanlah kita membayangkan ke kota dalam Metaverse, pada pendatang melalui jalan utamanya di situ ada toko-toko yang bisa kita lihat,” paparnya.
Belum Ada Kepastian
Ilham membayangkan, kedepannya jika berbelanja, memasuki mall bahkan di Los Angeles, cukup masuk ke Metaverse dan membayar tanpa harus melakukan perjalanan udara yang panjang dan memakan waktu begitu lama.
“Tapi apakah itu akan menghalangi saya ga mau lagi ke mall? Wallahu’alam bishawab. Saya kira belum tentu,” tegas Ilham.
Ilham menambahkan hal yang mungkin tidak bisa kita lakukan di dunia Metaverse ialah mencoba makanan. Dia bersama wakilnya di bidang digital, Shinta Bubu berencana turut mengembangkan dan berpartisipasi di peradaban teknologi termasuk NFT.
Jika melihat perkembangan saat ini, NFT dirasa dapat membuka pintu untuk beberapa profesi yang semula mereka merasakan, mereka tidak diperlakukan dengan adil, misalnya seniman atau musikus. Yang sering terjadi, seniman membuat lagu, dijiplak, dan tidak punya hak atas kepemilikan intelektualnya.