SELAMA tiga triwulan tahun 2022, investasi asing yang masuk ke Indonesia tercatat dalam Transaksi Finansial sebesar US$10,65 miliar. Pada saat bersamaan, pembayaran pendapatan investasi yang dikeluarkan mencapai US$30,62 miliar. Dengan kata lain, arus bersih terkait dua jenis transaksi internasional ini bersifat keluar Indonesia.
Modal finansial milik asing cenderung masuk ke perekonomian Indonesia selama belasan tahun terakhir. Arus itu masih bersifat masuk ketika pandemi melanda, namun, terjadi penurunan nilai.
Modal finansial asing yang masuk tersebut dikategorikan ke dalam tiga kelompok. Yaitu: investasi langsung, investasi portofolio, derivatif finansial, dan investasi lainnya.
Investasi langsung merupakan jenis investasi dengan kepentingan jangka panjang. Terkait dengan kepemilikan perusahaan atau turut serta dalam pengelolaannya. Bentuknya beragam, antara lain: pembangunan pabrik baru atau penambahan kapasitas produksi atas usaha yang telah dimiliki, pendirian usaha baru, pembelian saham untuk ikut mengelola usaha, dan lain sebagainya.
Arus masuk investasi langsung selama tiga triwulan tahun 2022 mencapai US$15,04 miliar. Pandemi tampak tidak berdampak signifikan, dan arus masuk jenis investasi ini hampir setara dengan tahun-tahun sebelumnya. Bisa difahami karena keputusan investor untuk jenis ini biasanya dilakukan cukup lama dan tidak mudah berubah jika ada perubahan kondisi ekonomi selama satu dua tahun.
Investasi portofolio antara lain berupa saham, obligasi korporasi, dan Surat Berharga Negara. Investor portofolio cenderung lebih bersifat spekulatif dibanding investasi langsung, karena tidak memiliki pengaruh yang cukup dalam perusahaan tempatnya berinvestasi. Investor portofolio terutama menimbang keamanan investasi, kemungkinan apresiasi nilainya, dan imbal hasil yang diperoleh.
Investasi portfolio milik asing selama tiga triwulan tahun 2022 telah bersifat arus keluar sebesar US$2,84 miliar. Padahal, selalu mengalami arus masuk selama dua dekade terakhir. Akan tetapi, penurunan nilai yang masuk secara signifikan memang telah terjadi pada tahun 2020 dan 2021.
Investasi Lainnya antara lain berupa utang dagang, pinjaman, serta uang dan simpanan di Bank atau lembaga keuangan. Dalam hal berupa uang dan simpanan, terdapat karakteristik spekulatif seperti investasi portfolio. Jika kondisi atau keadaan berubah cepat, keduanya dapat dengan mudah menggeser investasi mereka ke wilayah atau negara lain.
Investasi Lainnya milik asing selama tiga triwulan tahun 2022 neto keluar sebesar US$729 juta. Pada tahun 2021 juga telah tercatat keluar sebesar US$616 juta. Padahal, selama tahun 2008-2019 sifatnya cenderung masuk dengan nilai miliaran dolar per tahun, kecuali pada tahun 2016 yang bersifat keluar.
Pembayaran Imbal Jasa atas Modal Asing Meningkat
Arus masuk modal asing umumnya dianggap sangat diperlukan perekonomian Indonesia. Otoritas ekonomi bahkan sering membanggakan pertumbuhan nilai masuknya sebagai indikasi menarik dan kredibelnya perekonomian nasional sebagai tujuan investasi.
Tentu saja pihak asing mau berinvestasi atau memberi utang berdasar pertimbangan adanya hasil kembalian berupa keuntungan dan pembayaran bunga utang. Oleh karena banyak negara yang membutuhkan, maka besaran nilai imbal hasil dan risiko juga harus tampak menarik.
Pembayaran imbal jasa kepada modal asing yang telah operasional di Indonesia dicatat oleh Bank Indonesia dalam neraca pendapatan primer (primary balance). Tersaji pada bagian yang disebut sebagai Pendapatan Investasi, yang bersifat pembayaran. Bentuk utamanya berupa pembayaran bunga dan keuntungan.
Seiring dengan arus masuk modal asing yang cenderung terjadi tiap tahun, maka nilai posisi investasi asing dalam perekonomian nasional makin membesar. Beban pembayaran pendapatan investasi pun cenderung bertambah.
Pembayaran pada tahun 2019 telah mencatat rekor tertinggi, yaitu sebesar US$39,44 miliar. Sedikit turun menjadi US$32,60 miliar pada tahun 2020. Kembali meningkat pada tahun 2021, yang sebesar US$37,10 miliar.
Selama tiga triwulan tahun 2022, pembayaran pendapatan investasi telah mencapai US$30,62 miliar. Berpotensi mencapai US$40 miliar hingga akhir tahun, yang akan menciptakan rekor baru.
Pembayaran pendapatan investasi langsung tercatat sebesar US$19,19 miliar. Berpotensi melebihi US$25 miliar hingga akhir tahun. Nilai ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan bisa menjadi rekor tertinggi melampaui tahun 2018 yang sebesar US$22,49 miliar.
Dalam investasi portofolio, nilai pembayarannya cenderung meningkat lebih pesat. Tercatat sebesar US$13,97 miliar pada tahun 2019. Hanya sedikit turun menjadi US$12,82 miliar pada tahun 2020, dan meningkat lagi menjadi US$14,16 miliar pada tahun 2021.
Selama tiga triwulan tahun 2022, pembayaran pendapatan investasi portfolio mencapai US$10,80 miliar. Kemungkinan akan mencapai kisaran US$14 miliar hingga akhir tahun, atau setara dengan tahun sebelumnya.
Sedangkan pembayaran pendapatan investasi lainnya berfluktuasi, dengan nilai yang relatif lebih kecil dibanding kedua jenis terdahulu. Nilainya pada tahun 2019 sebesar US$3,76 miliar. Turun menjadi US$2,90 miliar pada tahun 2020 dan sebesar US$1,89 miliar pada tahun 2021. Selama tiga triwulan tahun 2022, pembayarannya sebesar US$1,42 miliar.
Kerentanan Eksternal Meningkat
Sebagai suatu negara dengan perekonomian terbuka, transaksi berutang dan kerjasama investasi dengan pihak asing merupakan hal yang lazim. Kelaziman terutama dilihat dari pertimbangan atas keuntungan yang akan diperoleh pada tahun-tahun berikutnya.
Akan tetapi, fenomena arus investasi asing dibandingkan dengan beban pembayaran pendapatannya selama tiga tahun terakhir perlu dicermati. Pada tahun 2020, arus masuk modal sebesar US$24,72 miliar, sedangkan arus keluar pembayaran sebesar US$32,60 miliar. Dengan demikian, sebenarnya terjadi justru arus keluar sebesar US$7,88 miliar.
Pada tahun 2021, perbandingannya adalah US$26,08 miliar dengan US$37,10 miliar, sehingga neto keluar mencapai US$11,03 miliar. Selama tiga triwulan tahun 2022, kecenderungannya memburuk menjadi US$10,66 miliar berbanding dengan US$30,62 miliar, atau neto keluar sebesar US$19,96 miliar.
Penulis berpandangan, kondisi demikian menjadi salah satu faktor utama bagi kerentanan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Guncangan eksternal bisa langsung berdampak berupa risiko pembalikan arus modal asing ke luar. Sedangkan pembayaran atas pendapatan investasi asing akan tetap besar meski mungkin sedikit menurun jika terjadi arus keluar. Otoritas ekonomi harus sangat waspada atas kondisi tersebut. [rif]