Secara lebih khusus, IPR kelompok sandang mengindikasikan pemulihan belum terjadi secara cukup berarti. Penjualannya bisa dikatakan mencerminkan “daya beli” sebagian besar rakyat Indonesia. IPR kelompok sandang hanya sebesar 57 pada September 2021. Bandingkan dengan September 2019 yang mencapai 160,8. Oleh karena tahun dasar yang diambil adalah bulan Januari 2010. Bisa dikatakan, penjualan eceran riil kelompok sandang terkini hanya sebanyak 57% nya dari waktu itu.
Keenam, kondisi keyakinan konsumen yang antara lain ditunjukkan oleh survei konsumen dari Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2021 memang mencapai 113,4 atau berada dalam zona optimis. Namun perlu diingat bahwa sejak April 2020, baru empat kali IKK masuk zona optimis. Dan sangat fluktuatif atau masih mudah masuk kembali ke zona pesimis. Padahal, IKK sebelum pandemi selalu berada pada zona optimis.
Catatan lain atas IKK berupa komponen pembentuknya yang terdiri dari Indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi ekonomi (IEK). Dalam hal IKE atau penilaian konsumen atas kondisi saat ini dibanding 6 bulan lalu, masih dalam zona pesimis. Namun, mereka telah optimis melihat 6 bulan ke depan.
Komponen IKE dan IEK yang penting terkait dengan penilaian atas kondisi ketersediaan lapangan kerja. Konsumen atau masyarakat masih pesimis dalam menilai kondisi saat ini. Hal ini telah terjadi sejak bulan Februari 2020. Namun, mereka optimis atas ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang.
Bagaimanapun, dinamika IKK dan komponennya masih belum cukup mencerminkan telah terjadi pemulihan ekonomi yang benar-benar berarti. Nilainya masih sangat berfluktuasi, dan ditopang oleh harapan ke depan saja.
Pemeriksaan atas berbagai indikator lain dapat dilakukan lebih lanjut. Lebih baik lagi jika dicermati sampai dengan aspek rincinya. Dalam kesempatan ini, penulis hanya menyajikan beberapa contoh dan sampai pada kesimpulan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia belum benar-benar terjadi.
Penulis bukan tidak mengakui atau kurang bersyukur atas perbaikan dalam beberapa indikator selama beberapa bulan terakhir. Akan tetapi belum memadai sebagai klaim telah terjadi pemulihan ekonomi. Otoritas ekonomi justru harus lebih waspada atas berbagai tantangan paska pandemi. Serupa tubuh orang yang sempat sakit cukup parah, maka sebagian gejala pemulihan dapat saja bersifat sementara. Bahkan ada yang masih semu atau bersifat ilusi. [rif]
Penulis: Awalil Rizky,
Kepala Ekonom Pusat Belajar Rakyat