Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Penggunaan Air Bersih Tak Dibatasi, Pakar Hidrologi Justru Ingatkan Ancaman Pencemaran

Redaksi
×

Penggunaan Air Bersih Tak Dibatasi, Pakar Hidrologi Justru Ingatkan Ancaman Pencemaran

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Air adalah sumber kehidupan. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara salah satu terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6% potensi air dunia, tapi pulau terpadatnya, Pulau Jawa terancam kehabisan air bersih pada tahun 2040.

Mengutip data ketersediaan air yang disusun Pusat Litbang Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, satu orang di Jawa bisa pada tahun 2019 mendapatkan 1.169 meter kubik air per tahun. Ketersediaan air tersebut setara 58 truk tangki air berbobot 20 ribu liter dilabeli status ‘ada tekanan’.

Air yang tersedia untuk setiap satu penduduk Jawa diprediksi akan terus menurun hingga mencapai 476 meter kubik per tahun pada 2040. Angka itu dikategorikan dengan kelangkaan total.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pernah mengatakan bahwa ketersediaan air ideal untuk satu orang setiap tahun adalah 1.600 meter kubik.

Kota Cape Town Afrika Selatan, membatasi penggunaan air bersih warganya agar tak kehabisan air dengan menaikkan harga lebih tinggi, usaha ini berhasil menurunkan konsumsi dari 1,2 miliar liter per hari menjadi 509 juta liter per hari,

Pakar Hidrologi dan dan Sumber Daya Air dari Universitas Jenderal Soedirman, Yanto, Ph.D., mengatakan, Indonesia tidak dapat mengikuti langkah Cape Town.

“Hal ini karena sumber air bersih penduduk Indonesia, 65% berasal dari air tanah, mata air dan sumber lain yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Hanya 35% penduduk Indonesia yang mendapatkan air bersih dari layanan PDAM, kata Yanto kepada Barisanco Rabu (24/3/2021).

Yanto menambahkan, PDAM sendiri hingga kini baru dapat melayani sekitar 35% penduduk, hal ini dirasa masih belum optimal.

“Bahkan di musim penghujan. Masih banyak pelanggan yang mengeluhkan layanan PDAM di musim hujan. Apalagi di musim kemarau,” tambah Yanto.

Indonesia bukan hanya menghadapi ancaman krisis air bersih, tetapi juga pencemaran air yang terjadi di beberapa daerah. Yanto menjelaskan jika pencemaran air itu lebih rawan mencemari sumber air permukan.

“Hal ini karena badan air permukaan dapat menerima masukan apa saja, mulai sampah, limbah rumah tangga, hingga limbah pabrik. Air tanah secara umum memiliki kualitas yang lebih baik,” lanjut Yanto.

Menurutnya, tanah memiliki kemampuan menjernihkan air secara alami atau self purification melalui mineral-mineral yang terkandung di dalam tanah. Yanto pun memberikan contoh, bakteri e-coli yang keluar dari septictank akan dapat dikurangi konsentrasinya di dalam tanah setelah mengalir lebih dari 10 m.

“Persoalan air tanah bukan pada kualitas, tetapi lebih pada kuantitas karena laju pengisian air tanah sangat lambat yang disebabkan kecepatan aliran air tanah yang relatif kecil,”

Yanto membeberkan jika pasokan air umumnya berada di daerah hulu, sedangkan limbah sabun sebagian besar ditemukan di daerah hilir karena merupakan akumulasi dari limbah-limbah yang masuk ke badan air.

“Itupun kadarnya tidak terlalu besar. Sebagai contoh, limbah deterjen di Sungai Ciliwung pada tahun 2011 dan 2014 hanya berkisar antara 0 – 2 mikrogram per liter. Angka ini jauh di bawah ambang batas yang diperbolehkan sekitara 200 mikrogram per liter,” pungkas Yanto. []