Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Penghuni Neraka: Kebanyakan Jin dan Manusia

Redaksi
×

Penghuni Neraka: Kebanyakan Jin dan Manusia

Sebarkan artikel ini

Sesungguhnya ketika Allah hendak menciptakan makhluk, Ia telah mengetahui apa yang akan mereka perbuat sebelum mereka ada. Hal itu telah Allah tulis sebelum Ia menciptakan langit dan bumi. Sebagaimana disebut dalam hadits shahih bahwa Rasulullah saw bersabda:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah tentukan takdir makhluk lima puluh tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi, dan ‘Arasy-Nya di atas air.” (HR Muslim).

Hati, Mata dan Telinga yang Menjerumuskan ke Neraka Jahanam

Ada dua pertimbangan yang bisa ditangkap dari ayat di atas, yaitu:

Pertama, sesungguhnya pengetahuan Allah telah mengcangkup, bahwa mereka (kebanyakan jin dan manusia) itu akan terjerumus ke neraka Jahannam.

Hal ini Allah tidak membutuhkan terlihatnya perbuatan mereka yang menjadikan masuk neraka, sebab ilmu Allah itu universal dan integral, tidak terbatas pada zaman dan gerakan yang melahirkan perbuatan di dunia hamba yang baru.

Kedua, sesungguhnya pengetahuan Allah yang azali yang tidak terkait dengan zaman dan gerakan di dunia hamba yang baru, bukanlah  yang mendorong kebanyakan jin dan manusia kepada kesesatan, melainkan dipicu oleh faktor yang disebut secara tekstual oleh ayat di atas;

“Mereka mempunyai akal, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).”

Tidak membuka akal yang dianugerahkan kepada mereka dengan selebar-lebarnya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka juga tidak membuka mata untuk melihat ayat kauniyah, tanda-tanda kekuasaan Allah yang terkait dengan alam semesta.

Bahkan mereka juga tidak membuka telinga untuk mendengar ayat-ayat Allah yang dibaca, dikaji, dan di dakwahkan. Mereka benar-benar menelantarkan perangkat-perangkat yang dianugerahkan kepada mereka.

Karena itu, mereka hidup dalam kelalaian dan tidak pernah melakukan kontemplasi (perenungan). Maka mereka dikatakan, “Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai“.

Akal adalah Pemimpin Tubuh

Penyebutan secara khusus akal atau hati, mata dan telinga, menunjukkan betapa pentingnya ketiga organ ini. Mereka bisa mengantarkan ke surga manakala digunakan dengan baik untuk meningkatkan ilmu, iman dan takwa.

Akan tetapi, mereka juga bisa menjerumuskan ke neraka manakala ditelantarkan dan tidak digunakan untuk memahami Allah.

Didahulukannya akal dari penyebutan mata dan telinga juga memperlihatkan urgensi hati atau akal bagi keseluruhan tubuh manusia. Hati menjadi tempat, kekuatan berpikir dan keyakinan manusia.