BARISAN.CO – Seseorang bertanya pada penulis, gigi-giginya berantakan dan bila dibuat makan, banyak sisa makanan yang nyempil di gusi. Padahal dulu kecil, giginya masih rata. Apakah memang gigi-gigi yang dulunya rata itu, bisa berubah gingsul dan tidak rata?
Penulis menjawab, bisa ya dan bisa tidak. Tergantung keadaan gigi-giginya dulu, apakah ada gigi berlubang, sisa akar maupun gigi yang hilang prematur. Juga faktor keturunan bisa mempengaruhi keadaan gigi yang tidak rata.
Gigi yang tidak rata itu, kalau di kedokteran gigi, disebut maloklusi. Definisi maloklusi itu sendiri ialah susunan tulang rahang dan gigi yang tidak sejajar atau rata. Kondisi ini menyebabkan gigi berantakan, entah itu menjadi tumpang tindih, tonggos, masuk ke dalam serta masalah lainnya.
Maloklusi itu sendiri dibagi dalam 3 klasifikasi. Pertama, maloklusi kelas 1. Maloklusi kelas 1 adalah kondisi ketika gigi atas tumpang tindih dengan gigi bawah. Maloklusi jenis ini, gigitannya normal dan tumpang tindihnya hanya sedikit. Secara umum, biasanya maloklusi jenis ini paling banyak dialami oleh masyarakat umum.
Kedua, maloklusi kelas 2. Maloklusi kelas 2 adalah kondisi gigi yang mengalami tonggos (overbite). Overbite ialah keadaan gigi depan atas lebih maju daripada gigi depan bawah.
Ketiga, maloklusi kelas 3. Maloklusi kelas 3 ialah kondisi gigi yang mengalami gigi depan bawah lebih maju daripada gigi depan atas, oleh karena rahang bawah cenderung lebih maju daripada rahang atas. Kondisi ini dikenal dengan prognathism.
Penyebab maloklusi itu sendiri, sampai saat ini tidak diketahui secara pasti. Namun oara ahlu menduga bahwa penyebab genetik adalah faktor utamanya. Bila salah satu atau kedua orangtuanya mengalami kondisi seperti itu, maka dipastikan anaknya juga akan berisiko mengalami gigi berantakan.
Faktor samping
Faktor sampingan kemungkinan juga faktor gizi, adanya pencabutan prematur pada gigi, trauma pada gigi dan rahang, serta adanya gigi berlubang, kemungkinan juga bisa bikin gigi nanti tumbuh berantakan.
Gejala-gejala dari maloklusi itu sendiri, tergantung dari kelas maloklusi itu. Bisa jadi ringan maupun berat. Adapun gejala-gejala itu seperti gigi yang tidak sejajar, wajah jadi tidak simetris atau presisi, bagian dalam pipi atau lidah sering tergigit, merasa tidak nyaman kalau mengunyah atau menggigit, mengalami gangguan bicara seperti cadel, dan bernapas kadang lewat mulut.
Bila dibiarkan tanpa perawatan, bisa menimbulkan turunnya rasa percaya diri pada penderitanya oleh karena wajah jadi tidak simetris, tidak nyaman bila dibuat makan ataupun bicara, menyebabkan kerusakan gigi parah karena posisi gigi yang berantakan dan sulit dibersihkan, menyebabkan nyeri dan kejang otot di sekitar sendi rahang, serta efek yang lebih parah, nanti akan menyebabkan masalah pencernaan.
Perawatan yang tepat bagi gigi berantakan atau maloklusi ini ialah perawatan behel gigi untuk merapikan giginya, serta pembersihan yang teratur menggunakan sikat gigi dan dental floss dan pembersihan karang gigi dan penambalan gigi.
Segera dikonsultasikan dengan dokter gigi atau dokter gigi spesialis, untuk menentukan rencana perawatan yang tepat bagi gigi yang berantakan. [Luk]