Scroll untuk baca artikel
Blog

Perbincangan Ajaib Seputar Kesehatan

Redaksi
×

Perbincangan Ajaib Seputar Kesehatan

Sebarkan artikel ini

Konon, menurut cerita yang berkembang di keluarga besar kami, Om Totok sudah sejak muda tidak menjaga pola dan jenis makanan. Bisik-bisik internal menyimpulkan keadaannya sekarang ‘murni’ konsekuensi logis gaya hidupnya dulu. Lagi-lagi, sebagai anak muda umur dua-puluhan yang sudah terpapar paham akumulasi-kebiasaan-masa-muda di kepalanya, saya membenarkan.

Maka, sementara sebagian besar kawan seumuran saya punya kredo “makan junkfood selagi mampu”, saya memilih waspada terhadap makanan cepat saji itu. Tentu saja, langkah saya menghindari junkfood itu tidaklah istimewa. Karena menilik lanskap makro, saya tidak sendiri: ada banyak pemuda seumuran saya yang punya anxiety sejenis.

Tiba-tiba ini hari Selasa dan saya duduk sendirian di kantor. Saya nyalakan televisi agar tidak terasa sepi. Saya cari program televisi yang sekiranya bisa didengar sambil lalu. Beragam sekali acara televisi yang ditonton tetaplah harus satu. Dan, setelah ganti-ganti kanal dari gosip, berita pandemi, sinetron, sampai home shopping, pilihan saya jatuh ke yang disebut belakangan.

Oh, pilihan saya salah!

Bukannya bisa dinikmati sambil lalu, program yang saya pilih malah menyita perhatian. Tampak seorang presenter, seorang dokter, dan seorang agen pemasaran di acara itu serius membicarakan sebuah kalung kesehatan yang, kata mereka, bisa mengurangi risiko penyakit kanker. Harga kalung itu tidak masuk akal, maka sepertinya tak perlu disebutkan di sini.

Tajuk acara itu “bincang-bincang kesehatan”. Meski menurut saya tajuk yang tepat harusnya “semua adalah kanker”, mengingat segala perbincangan mereka yang panjang lebar itu selalu berakhir di kanker: benjol-benjol awas kanker; batuk dan sesak berkepanjangan hati-hati kanker; rasa sakit tanpa sebab, kanker; perut kembung, kanker; obesitas, kanker; bau mulut, kanker; kentut, kanker. Dan pada gilirannya, menurut kebijakan sang presenter, cara menyikapi gejala kanker yang benar ialah dengan memakai kalung kesehatan. Ajaib.

Sang presenter dan agen pemasaran terlihat begitu yakin. Saya tahu, adalah pekerjaan mereka untuk meyakinkan orang. Tak lama kemudian sesi telepon interaktif dibuka oleh presenter. Kriiing … Rupanya ada yang menghabiskan pulsanya untuk menelpon acara seperti itu! Ajaib (2).

Rupanya sang penelpon membeli kalung kesehatan itu! Ajaib (3).

Benar-benar ajaib. Saya ternganga di depan televisi mengetahui percakapan soal kesehatan sudah sampai pada titik ini. Andai kentut merupakan sanjungan, bukan gejala kanker, saya menyanjung program televisi itu sebau-baunya.