Scroll untuk baca artikel
Kolom

Peringatan Darurat, Mimbar Curhat: ‘Sakitnya Tuh Disini’

Avatar
×

Peringatan Darurat, Mimbar Curhat: ‘Sakitnya Tuh Disini’

Sebarkan artikel ini
mimbar curhat
Foto: Barisan.co

Kedua, jumlah penduduk miskin September 2018 sebanyak 25,67 juta orang atau 9,66% dari jumlah penduduk. Penurunan kemiskinan selama Era Jokowi sangat biasa; Berkurang sebanyak 2,06 juta (1,30%) selama 4 tahun, lebih rendah dibanding era sebelumnya. Sebagian penurunan karena penduduk miskin meninggal dunia.

Ketiga, angka Pengangguran dan jumlah penganggur memang turun, namun laju penurunan lebih rendah dibanding era sebelumnya. Tingkat pengangguran hanya berkurang 0,60% dan jumlah penganggur berkurang 244.905 orang selama 4 tahun.

Keempat, keuangan Pemerintah makin mengalami kesulitan. Rata-rata defisit era Jokowi (2015-2019): 2,23%. Sedangkan pada era SBY-JK (2005 – 2009): 0,80%; Era SBY-Boediono (2010-2014): 1,58%.

Inilah tolak ukurnya, tentu harus ada pembanding. Kesimpulannya Jokowi tidak layak menjadi presiden berikutnya. Begitu juga era periode kedua, ekonomi Indonesa makin memburuk, berjanji pertumbuhan ekonomi 7% aja selalau gagal.

Tapi namanya pendukung, masyarakat maupun rakyat Negeri Sebelah kan memiliki penilaian sendiri.

Karena ini Mimbar Curhat, maka saya akan curhat bahwasanya penilaian itu sesuatu yang tampak. Misalnya, memang benar pemerintah mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan, namun kan tidak sebanding apa yang dikeluarkan.

Contoh seperti Anda ini, ketika ingin punya rumah namun tidak memiliki uang untuk membeli rumah kan bisa berhutang dengan cara kredit baik dengan jenjang lima sampai lima belas tahun sesuai kemampuan.

Maka orang lain akan menilai Anda mampu ‘membangun rumah’ meski dengan cara berhutang.

Itulah yang terjadi sekarang, oleh karena itu ini tips juga bagi calon pemimpin, “Bangunlah.” ‘Membangun fisik, maksudnya.’ Bukan, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya.

Oleh karena itu ‘bergeraklah’, wahai agen perubahan. Meski dibilang ditumpangi, dimanfaatkan maupun dipolitisasi kepentingan kelompok tertentu.

Perubahan itu pasti.” Bahwasanya perubahan adalah suatu hal yang tidak terhindarkan dalam kehidupan sosial, politik, maupun ekonomi.

Sebagai bapak rumah tangga yang memiliki tiga orang anak, 1 putri dan 2 putra, saya berusaha menempatkan diri untuk oposisi.

Salam, “Tetap oposisi sebelum mendapat posisi.” []

Tulisan ini sudah publis pertama kali di Garisatebal.com.