Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Pertanian Ramah Lingkungan, Saatnya Beralih ke Pupuk Organik

Redaksi
×

Pertanian Ramah Lingkungan, Saatnya Beralih ke Pupuk Organik

Sebarkan artikel ini

Gaya hidup sehat mempengaruhi pertanian ramah lingkungan, beras organik mulai diminati. Namun sayangnya saat ini banyak petani dan pemerintah sendiri bergantung pupuk kimia

BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap Indonesia membangun sistem pertanian modern yang ramah lingkungan, terutama menghadapi ancaman ketahanan pangan dan krisis global. Sehingga Indonesia tidak boleh bergantung pada pasokan dari luar.

Dikutip dari Media Indonesia, Jokowi mengatakan potensi sektor pertanian kita sangat besar, baik sektor domestik dan peluang ekspor terbuka lebar, (22/2/2022).

“Sudah seharusnya kita Pertanian organik mengambil momentum ini,” imbuhnya.

Saat ini pertanian organik mulai dikenal masyarakat, hal ini tidak dapat lepas akan adanya tren gaya hidup sehat.

Perlu diketahui bahwa pertanian organik adalah budi daya pertanian dengan cara alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sitetis, menekankan pentingnya perlindungan lingkungan seperti perlindungan tanah, aiar dan kualitas udara.

Petani Kadang Tani Sarwo Tulus, Mustain sangat tertarik dengan pertanian organik karena pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan. Begitu juga jika dikelola secara sistematis dan terstruktur pertanian organik justru lebih murah, daripada membeli pupuk kimia, Sabtu (16/4/2022).

“Apalagi saat ini, Indonesia masih bergantung pada pupuk kimia dan pasokan atau import dari luar,” terangnya.

Sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia pada bulan November 2021 impor pupuk bernilai US$20,70 juta, mengalami kenaikan pada Desember menjadi US$30,18 juta. Pada tahun 2020, total impor pupuk Indonesia masuk US$168,22 juta.

Pada 2021 mengalami peningkatan menjadi US$213,92 juta atau mengalami kenaikan senilai US$45,70 juta atau 27,17 persen. Pupuk berkontribusi 4,09 persen dari total impor sepanjang 2021.

Sumber: https://databoks.katadata.co.id

Menurut Mustain, hal ini sunguh disayangkan. Kita memiliki potensi besar untuk membuat pupuk organik, namun acapkali pemerintah abai lebih baik import dari pada membuat produk sendiri.

“Bahkan banyak petani mengeluhkan harga pupuk nonsubsidi yang harganya mengalami kenaikan,” sambung petani asal Tegowanu Kabupaten Grobogan ini.

Pegiat Pasulukan Annairi, Muhammad Khudhori mengatakan saat ini banyak petani masih menggantungkan diri ke pupuk nonorganik atau pupuk kimia. Begitu juga pemerintah masih bergantung program ketahanan panganan dengan penggunaan insektisida.

“Penggunaan pupuk kimia atau pestisida memang memiliki keuntungan, seperti masa panen yang cepat dan memberikan kesuburan pada tanamam,” imbunya

Namun perlu diketahu, menurut Khudhori hal itu justru akan menjadi bumerang sebab dampak besar siap menyerang  kehidupan manusia.

“Penggunaan pupuk kimia yang terus berulang akan merusak tanah. Begitu juga kualitas air di Indonesi akan makin memburuk dan kualitas udara dengan cara melakukan penyemprotan. Saatnya beralik ke organik yakni pertanian ramah lingkungan” pungkasnya.