Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Terkini Ekonomi

PKS Bahas Sejumlah Tantangan Pembangunan di Indonesia

:: Ananta Damarjati
31 Maret 2021
dalam Ekonomi
PKS Bahas Sejumlah Tantangan Pembangunan di Indonesia

Tangkapan layar Youtube PKSTV.

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Bidang Ekonomi & Keuangan DPP PKS menyelenggarakan webinar internasional dengan tema Making Development Work, Rabu (24/03). Disebutkan, masih ada banyak tantangan pembangunan yang harus dihadapi Indonesia.

Webinar ini dipandu oleh Ketua Departemen Ekonomi dan Pembangunan Farouk Abdullah Alwyni dan menghadirkan dua pembicara, yaitu Pendiri Islamic Development Management Studies di University Sains Malaysia Syukri Salleh dan Rektor Ostim Technical University Turki Murat Yulek.

Dalam pembukaannya, Farouk yang juga merupakan mantan profesional senior di kantor pusat Islamic Development Bank (IDB), Jeddah Saudi Arabia, menyampaikan latar belakang pemilihan tema Making Development Work.

“Berdasarkan klasifikasi IMF, dari lebih 220 negara, hanya 39 negara yang dianggap sebagai negara maju, yang mayoritasnya berada di belahan dunia Barat. Dari ratusan negara berkembang, hanya beberapa negara Asia Timur yang mulai mengejar negara-negara Barat seperti Hong Kong, Singapura, Korsel, Taiwan, dan terakhir China,“ kata Farouk.

BACAJUGA

Absen di Surabaya, PKS Hormati Deklarasi Anies- Gus Muhaimin

Absen di Surabaya, PKS Hormati Deklarasi Anies- Gus Muhaimin

2 September 2023
Ketimpangan Ekonomi Indonesia Memburuk

Ketimpangan Ekonomi Indonesia Memburuk

18 Juli 2023

Indonesia, kata Farouk, masih harus berjuang dengan isu-isu pembangunan. Meski telah naik kelas ke level pendapatan menengah ke atas (per kapita US$4.000), Indonesia masih jauh dari jajaran negara berpendapatan tinggi dengan pendapatan nasional per kapita di atas US$12.500.

“Ini baru dari perspektif pendapatan nasional per kapita, belum lagi kalau dilihat isu-isu seperti ketimpangan, ketergantungan ekspor komoditas, birokrasi yang tidak efisien, korupsi, dan aturan hukum (rule of law),“ ungkap Farouk.

Farouk melanjutkan diskusi ini dengan memaparkan satu isu terkait “Islamicity Index”, sebuah indeks yang pada awalnya diciptakan oleh dua professor dari George Washington University di tahun 2010.

Indeks itu pada dasarnya mengukur level keIslamian negara yang direfleksikan dari kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip fundamental Islam, di antaranya peluang yang sama untuk berkembang, keadilan sosial dan ekonomi, ketiadaan korupsi, aturan hukum (rule of law), menghargai martabat kemanusiaan dan kebebasan, otoritas politik yang sah, tata kelola yang baik, dan juga kontribusi kepada dunia kemanusiaan.

Menariknya hasil terakhir (2019) dari Islamicity Index justru menempatkan negara-negara maju seperti Selandia Baru, Swedia, Islandia, Belanda, Swiss, dan Denmark berada pada posisi puncak (10 besar).

Sedangkan negara-negara muslim yang memiliki peringkat tertinggi adalah Uni Emirat Arab di peringkat 44, diikuti Malaysia, Albania, Qatar, dan Oman yang berada di peringkat 45, 46, 51, dan 57. Indonesia sendiri berada pada peringkat 61.

“Walaupun masih ada ruang terbuka dalam penyempurnaan Islamicity Index, tetapi indeks ini membantu negara-negara mayoritas muslim untuk mempunyai standar yang sesuai dengan nilai-nilai Islam universal dalam kerangka memperbaiki kinerja negara-negara mayoritas muslim,” ucap Farouk.

Pembangunan Berbasis Islam

Pemaparan selanjutnya yakni Prof. Dr. Muhammad Syukri Salleh dalam gilirannya mengangkat isu How to Sustain Islamic-Based Development. Menurutnya ada dua perspektif yang dapat dipakai guna mengupas masalah pembangunan. Pertama, etnosentrik Barat dengan berbagai variannya (neo-classical ataupun radical theories), dan kedua, perspektif Islam (Tauhid [Aqidah], Fiqh [Shariah], dan Tasawuf [Akhlak]).

Alumnus PhD Oxford University ini meyakini bahwa sebagai seorang Muslim, pembangunan berbasis Islam ataupun manajemen pembangunan Islam adalah aplikasi pembangunan yang akan membawa keberhasilan.

“Kondisi di mana mayoritas negara-negara Muslim yang masih terbelakang saat ini adalah karena mereka tidak mengaplikasikan Islamic-based Development (IBD),” ujar Prof Syukri Salleh ketika diskusi berlangsung.

Dalam praktiknya, Prof Syukri Salleh memaparkan bahwa ada dua pendekatan dalam mengaplikasikan IBD. Pertama adalah dengan pendekatan top down seperti beberapa kali dilakukan di Malaysia, yang di antaranya diterapkan oleh Mahathir Muhammad dengan konsep Inculcation of Good Values, Abdullah Ahmad Badawi dengan Islam Hadhari, Mohd Najib dengan Malaysia Sharia Index, Mahathir Muhammad (bersama Pakatan Harapan) dengan konsep Rahmatan lil-‘Alamiin, dan terakhir Sri Muhyiddin Yasin dengan pendekatan Manhaj Rabbani.

Sedangkan pendekatan bottom up di antaranya adalah Darul Arqam dan Global Ikhwan di Malaysia, Daarut Tauhiid di Indonesia, dan Ban Nua Community di Thailand.

Problem utama penerapan IBD, menurut Prof Syukri Salleh, adalah sustainability. “Inisiatif top down tidak berlanjut ketika kekuasaan para pendukungnya tidak berlanjut lagi, sedangkan inisatif bottom up berhenti ketika ada persoalan dengan otoritas,” ucapnya.

Pada akhir pemaparan Prof Syukri Salleh menyampaikan bagaimana menjadikan pembangunan berbasis Islam berhasil.

Beberapa untuk disebutkan adalah, pertama, pembangunan harus didasari Iman dan Taqwa, di mana konsep hablum-minallah wa hablum-minannas digunakan untuk mewujudkan negara yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur (QS, 34:15).

Kedua, kemauan politik (political will), seperti yang dilakukan di Brunei maupun Malaysia. Walaupun dalam konteks ini, Brunei sebagai negara monarki lebih memberikan kestabilan dalam implementasi—dibandingkan Malaysia dengan perubahan politiknya.

Penguatan Sektor Manufaktur

Sementara itu, Prof. Dr. Murat Yulek mengangkat How Nations Succeed. Mantan ekonom IMF ini mendekati isu keberhasilan pembangunan dengan menekankan pentingnya pengembangan sektor manufaktur.

“Negara berkembang perlu melakukan industrialisasi dan mengembangkan sektor manufaktur agar menjadi negara berpendapatan tinggi. Industrialisasi tidak terjadi secara kebetulan, tetapi peran kebijakan adalah penting secara historis untuk merealisasikan keberhasilan,” ujarnya.

Prof Murat Yulek berpendapat manufaktur penting karena mendorong inovasi dan produktivitas. Produktivitas manufaktur di Amerika Serikat tahun 2007-2015, misalnya, bahkan sempat mengalahkan sektor jasa, walaupun sektor jasa menjadi tempat yang paling banyak menampung pekerja.

Disampaikan pula bahwa industrialisasi adalah bukan sekadar mempunyai banyak pabrik, tetapi lebih sebagai sebuah proses capacity building.

“Tetapi perlu pula diketahui bahwa tidak semua manufaktur baik. Perlu dipilih sektor manufaktur yang benar-benar berdampak terhadap pengembangan industri lainnya. Di sini peran kebijakan industri penting mendorong proses industrialisasi. Secara umum, pengembangan manufaktur akan membutuhkan kapasitas negara dan korporasi yang saling mengisi dan bersinergi,” katanya.

Menurut Prof Murat Yulek, negara-negara berkembang perlu memperhatikan hal-hal yaitu: (i) potensi nilai tambah yang dapat berkontribusi langsung terhadap peningkatan perdapatan per kapita; (ii) mempunyai backward linkages, berdampak menciptakan industri-industri di belakangnya; (iii) sejauh mana potensi ke dalam “learning by doing”; dan (iv) kedalaman teknologi.

Prof Murat Yulek juga menanggapi pendapat yang menyebut bahwa manufaktur adalah poor men’s business dalam konteks ekonomi terkini, di mana jasa semakin mempunyai peranan penting.

“Data menunjukkan negara-negara berpendapatan tinggi sekarang ini seperti Swiss, Irlandia, Singapura, Jerman, Swedia, Korea, Jepang, dan Denmark adalah juga mempunyai nilai tambah manufaktur per kapita yang tinggi,” ungkapnya. []

Topik: Farouk Abdullah AlwyniKenaikan PajakKetimpangan EkonomiPartai Keadilan SejahteraSektor ManufakturTantangan Pembangunan
Bagikan2Tweet1Send
Ananta Damarjati

Ananta Damarjati

Warga negara Indonesia, tinggal di Jakarta

POS LAINNYA

Cara Gen Z Merencanakan Kepemilikan Rumah: Lebih Memilih Sewa daripada Berhutang KPR
Ekonomi

Cara Gen Z Merencanakan Kepemilikan Rumah: Lebih Memilih Sewa daripada Berhutang KPR

23 September 2023
AdaKami
Ekonomi

‘Kami Akan Tindak Tegas Jika Terbukti Ada Pelanggaran’, Respons OJK Setelah Viral Kasus Pinjol AdaKami

22 September 2023
Ingin Meningkatkan Penjualan? Berusahalah Fast Response
Ekonomi

Masyarakat Indonesia Gemar Belanja di Tanggal Kembar, Ini Datanya

21 September 2023
Yuk, Intip Data Cara Konsumen E-Commerce Bandingkan Harga dan Waktu Teramai Belanja Online
Ekonomi

Yuk, Intip Data Cara Konsumen E-Commerce Bandingkan Harga dan Waktu Teramai Belanja Online

19 September 2023
Bursa Karbon
Ekonomi

Bursa Karbon Dimulai 26 September, Bagaimana Aturan Mainnya?

19 September 2023
HET
Ekonomi

Beras Mahal di Seluruh Wilayah, HET Tak Efektif Turunkan Harga

19 September 2023
Lainnya
Selanjutnya
Detik-Detik Perempuan Berinisial ZA Serang Mabes Polri

Detik-Detik Perempuan Berinisial ZA Serang Mabes Polri

Buku Kuntowijoyo

Bukan Personal, Melainkan Struktur

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Kereta Whoosh
Berita

Kereta Whoosh Bakal Diresmikan 1 Oktober, Kapan Balik Modal?

:: Ananta Damarjati
28 September 2023

Faisal Basri menyebut proyek ini ‘mustahil’ balik modal bahkan sampai kiamat. BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo bakal meresmikan pengoperasian Kereta...

Selengkapnya
psikosomatis

Mengenal Psikosomatis, Ciri dan Cara Mengatasinya

28 September 2023
Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

28 September 2023
KAHMI Kota Makassar

Milad ke-57 KAHMI Kota Makassar, Tamsil Linrung: Alumni Harus Aktif Termasuk Bidang Politik

28 September 2023
Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

28 September 2023
Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

28 September 2023
4 Manfaat Datang Tepat Waktu

4 Manfaat Datang Tepat Waktu

28 September 2023
Lainnya

SOROTAN

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam. SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro....

Selengkapnya
Perusahaan Koperasi

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang