Scroll untuk baca artikel
Opini

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

Redaksi
×

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

Sebarkan artikel ini

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ   ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقٰبِ   ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمٰنِ   ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُونَ . (الحجرات : 11)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

DALAM sebuah majlis seorang ustadz mengatakan, “Islam itu agama yang sudah sempurna, tidak ada hal-hal yang harus kita lakukan selain yang sudah dijelaskan oleh al Quran dan sunnah. Tidak ada yang boleh dilakukan kecuali ada contoh dari nabi dan dalilnya yang shahih. Jika tidak demikian, kita berarti mengada-ada, itu Namanya ‘bid’ah’. Setiap perbuatan  ‘bid’ah’  adalah sesat!”

Kosa kata “bid’ah” sering sekali muncul dalam percakapan atau kajian keagamaan sekelompok orang yang bersemangat dalam “memurnikan” ajaran agama Islam.

Pada tahapan selanjutnya kata ‘bid’ah’ naik level menjadi label, “ahlul bid’ah”, yang disematkan kepada kelompok lain yang berbeda paham dengan kelompok tersebut di atas. Konsekwensilogis dari lebelisasi itu adalah memposisikan kelompok yang berbeda paham itu kepada posisi kelompok yang telah menjadi pelaku ‘bid’ah’ sebagai ‘ahlul bid’ah’, kelompok yang sesat! Dalam eskalasi berikutnya klasifikasi kelompok meruncing dan sempit, dengan dua kategori  umum saja; ahlu sunnah, dan ahlul bid’ah.

Umumnya kategorisasi tersebut didasari kepada definisi kosa kata yang merujuk kepada perbuatan, baik perkara perbuatan syar’i khususnya ibadah mahdhoh, maupun perkara sosial, perbuatan yang berkembang atau telah berjalan karena perkembangan atau akulturasi budaya.

Maka setiap perbuatan harus merujuk kepada perilaku dan perkataan nabi Muhammad SAW, itulah perbuatan yang sesuai sunnah. Sebaliknya setiap perbuatan yang tidak ada contohnya atau perkataan dari nabi, itulah perbuatan ‘bid’ah’. 

Meskipun dalam beberapa contoh kasus ada perbuatan yang tidak ada relevansinya dengan kewajiban merujuk secara teknis atau literal kepada masa kehidupan nabi, namun dianggap sangat perlu demi untuk sesuai denga napa yang dicontohkan nabi pada zaman itu.

Betapa banyak perpecahan dan pertikaian, bahkan hingga kejahatan terjadi akibat dua kutub yang saling dipertentangan secara kasar dan serampangan itu. Islam kemudian muncul dengan gambaran agama yang amat kaku dan sempit. Islamisasi mencakup segala macam kehidupan, mulai dari konsep negara, hingga jenis pakaian dan penampilan. Bahkan definisi ber-Islam adalah ketika setiap muslim tampil dengan aksesoris dan Bahasa yang sesuai dengan kehidupan masa nabi Muhammad di jazirah Arab. Islamisasi kemudian identik dengan Arabisasi.

Ekslusifisme dalam keberagamaan

Sejarah ekslusifisme dalam beragama, atau bahkan ekstrimisme dalam menjalankan sikap dan pemahaman agama, khususnya agama Islam, tidak terlepas dari awal perpecahan besar kaum muslimin pasca kepemimpinan khalifah Ali bin abi Thalib.