Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Khazanah

Pendapat Ulama dan Aliran Teologis Tentang Syafaat

:: Redaksi
11 Oktober 2020
dalam Khazanah
Syafaat
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Syafaat dikemukakan di dalam al-Qur’an dengan berbagai bentuk lafadz dan ditemukan sebanyak tiga puluh kali. Banyaknya penyebutan masalah Syafaat dalam al-Qur’an ini menunjukkan bahwa Allah memberikan perhatian terhadap salah satu prinsip ajaran Islam ini.

Secara termologi kata Syafaat (شفاعة) dalam tata bahasa Arab merupakan bentuk masdar yang berasal dari kata:

(شفع- يشفع- شفعا- وشفاعة)

Kata Syafaat itu sendiri mempunyai beberapa makna, seperti menjadikan sejodoh, sepasang, genap.  Sedangkan lughowi (bahasa) kata asy-syafa’ah berasal dari kata asy-syaf’u lawan katanya adalah al-witr (ganjil). Sebab orang yang memberi Syafaat menuntut kepada peminta Syafaat di dalam mencapai apa yang dimintanya. Dengan demikian, sekarang ia tidak menyendiri, tetapi dibarengi orang lain.

BACAJUGA

Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Ahlussunnah wal Jama'ah

Ahlussunnah wal Jama’ah, Apa dan Siapa?

14 Juli 2022

Dalam konsep teologi para ulama memiliki pandangan yang berbeda dalam memaknai Syafaat. Para ulama dari berbagai madzhab dan aliran teologis mempunyai pandangan yang berbeda mengenai bentuk dan pemberian hak pada siapa Syafaat diberikan:

1. Ahlussunnah Wal Jama’ah

Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah mempercayai pada hari kiamat nanti Rasulullah Saw, akan memberikan Syafaat kepada sekelompok umatnya yang melakukan perbuatan maksiat.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dan Muslim diterangkan bahwa pada hari kiamat berkumpullah orang-orang di Padang Mahsyar yang panas itu, orang-orang ketika itu sangat gelisah.

Sehingga setiap orang mencari bantuan untuk meringankan kesusahan yang dideritanya. Akhirnya mereka datang berbondong-bondong kepada Nabi Muhammad Saw untuk meminta Syafaat.

Maka Nabi Muhammad Saw bersujud kepada Allah Swt, lalu difirmankan oleh Allah kepada beliau:

عن ابى هريره قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم— ارفع رأسك سل تعطه وقل يسمع واشفع تشفع فارفع راءسى فاحمد ربى بتحميد يعلمنى ثم اشفع فيحد لى حدا ثم اخرجهم من النار وادخلهم الجنة ثم اعود فاقع ساجد امثله فىالثا لثة اوالرابعة حتى مابقي فىالنار الا من حبسه القران (رواه البخا ر و مسلم)

Dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:…..Angkatlah kepalamu, mintalah apa saja akan diberi, katakanlah apa saja akan di dengar, bantulah orang lain akan diterima bantuan itu! Maka saya angkat kepala saya-kata Nabi Muhammad SAW-maka saya puji Tuhan dengan perkataan pujian yang diajarkan kepada saya, kemudian saya beri bantuan kepada orang. Maka diberi garis kepada saya, kemudian saya keluarkan orang-orang dari neraka dan saya masukkan kedalam surga, kemudian saya ulangi sujud serupa itu ketiga kali dan keempat kali sehingga tidak ada lagi yang tinggal dalam neraka kecuali orang-orang yang telah ditetapkan Qur’an akan menjadi penghuni neraka selama-lamanya.(HR.Bukhori dan Muslim) 

Syafaat dari Nabi Muhammad Saw kepada orang-orang yang disukainya. Sehingga banyaklah penghuni neraka yang dikeluarkan beliau.

Kalau ada orang membantah tentang adanya Syafaat, maka sesungguhnya mereka adalah orang yang keliru, karena mereka menentang hadits yang shahih ini yang diriwayatkan oleh dua orang imam hadits yang termahsyur, yaitu Imam al-Bukhori dan Muslim.

Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini adanya Syafaat di akhirat, khususnya dari Nabi Muhammad Saw.

2. Mu’tazilah dan Khawarij

Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa ia akan memberikan Syafaat kepada umatnya yang  melakukan dosa besar, seperti di sebutkan dalam sebuah hadits berikut ini:

قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إن شفاعتى يوم القيامة لاهل الكبائر من امتى

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Syafaatku dihari kiamat adalah untuk pelaku dosa besar di antara umatku.“

Kaum Mu’tazilah menolak adanya Syafaat pelaku dosa besar karena menurut mereka hadits di atas merupakan khabar ahad, tidak diketahui apakah shahih atau tidak. Oleh karena itu, hadits tesebut tidak dapat dijadikan hujjah.

Bahkan Syafaat betentangan dengan salah satu dari ajaran pokok mereka, yaitu al-wa’d wa al-wa’id (janji dan ancaman). Memiliki pandangan mereka Nabi Muhammad Saw tidak memberikan Syafaat kepada orang yang tidak berhak mendapat pahala merupakan perbuatan buruk.

Kaum Mu’tazilah dan Khawarij mengingkari adanya Syafaat bagi manusia yang  tergelincir melakukan dosa besar. Kaum ini juga tidak mengakui bahwa orang-orang diperintah untuk tidak masuk neraka dan dan yang telah masuk neraka tidak akan keluar (setelah menjalani siksa beberapa waktu yang sesuai dosa yang diperbuatnya).

Menurut al-Qurtubi, pendapat Mu’tazilah dan Khawarij tersebut didasarkan pada pertimbangan akal manusia yang terbatas. Mereka menimbang baik dan buruk nilai berbuatan manusia berdasarkan pertimbangannya sendiri.

3. Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat, bahwa Syafaat adalah berupa doa yang dimohonkan oleh Nabi Muhammad Saw, yang kemudian diterima oleh Allah Swt.

Pengertian ini dipahami dari hadits-hadits riwayat Sahihain (al-Bukhori dan Muslim) sebagai berikut:

عن ابى هريره قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم — ارفع رأسك سل تعطه وقل يسمع واشفع تشفع فارفع رأسى فاحمد ربى بتحميد يعلمنى ثم اشفع فيحد لى حدا ثم اخرجهم من النار وادخلهم الجنة ثم اعوذ فاقع ساجدا مثله فىالثا لثة اوالرابعة حتى ما بقي فىالنار الا من حبسه القران (رواه البخا رى ومسلم)

Dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Angkatlah kepalamu, mintalah apa saja akan diberi, katakanlah apa saja akan di dengar, bantulah orang lain akan diterima bantuan itu! Maka saya angkat kepala saya –kata Nabi SAW-maka saya puji Tuhan dengan perkataan puian yang diajarkan kepada saya, kemudian saya beri bantuan kepada orang. Maka diberi garis kepada saya, kemudian saya keluarkan orang-orang dari neraka dan saya masukkan ke dalam surga, kemudian saya ulangi sujud serupa itu ketiga kali dan keempat kali sehingga tidak ada lagi yang tinggal dalam neraka kecuali  orang-orang yang telah ditetapkan al-Qur’an akan menjadi penghuni neraka selama-lamanya. (HR. Bukhari Muslim). 

Menurut Ibnu Taimiyah (1263-1324), Syafaat dalam arti yang luas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Perbuatan manusia sendiri

Dengan kata lain, apabila seseorang taat pada semua peraturan Islam dan meningalkan semua larangan, maka sikap ini akan berfungsi sebagai jalan bagi keselamatan pada hari akhir nanti. Ini juga disebut wasilah (perantara).

Sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 35:

ياأيها الذين أمنوا اتقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة وجاهدوا فىسبيله لعلكم تفلحون (الما ئده: 35)

Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah kepada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

2. Syafaat melalui permohonan

Syafaat dapat terjadi di dunia ini atau di akhirat nanti, dan hanya orang hidup saja yang dapat menjadi pemberi Syafaat. Mencari Syafaat melalui orang yang sudah meninggal dipandang syirik.

Al-Qur’an mengecam sikap orang-orang yang mencari Syafaat melaui berhala, sebagaimana terdapat dalam surat az-zumar ayat 3:

ألا لله الدين الخالص والذين اتخذوا من دونه اولياء ما نعيدهم إلا ليقربونا إلىالله زلفى—- (َالزمر: 3)

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):”kami tidak menyembah mereka  melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada allah dengan sedekat-delkatnya.

3. Permohonan kepada Allah atas orang lain

Dengan kata lain, karena kedudukan Nabi atau wali, misalnya, sangat dekat dengan Allah, mereka memohon kepada-Nya dengan keutamaan-keutamaannya.

Di antara ketiga macam Syafaat itu, Ibnu Taimiyyah membenarkan  yang pertama dan memandang yang terakhir sebagai syirik. Oleh karena itu  beliau mengakui Syafaat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang masih hidup.

Syafaat Rasulullah Saw hanya untuk orang-orang yang beriman. Sedangkan orang yang tidak beriman-seperti orang kafir dan munafik tidak akan mendapatkan Syafaat di akhirat. Karena itu Rasulullah Saw dilarang memintakan ampun untuk pamannya, bapaknya dan orang-orang kafir, serta bagi orang munafik. Sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-Munafiqun ayat 6:

سواء عليهم أستغفرت لهم ام لم تستغفر لهم لن يغفر الله لهم إن الله لايهدى القوم الفاسقين 

Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.

Topik: Ahlussunnah Wal JamaahIbnu TaimiyahKhawarijMutazilahSyafaat
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

wakaf uang
Khazanah

Mengenal Wakaf Uang, Sejarah dan Fatwa Ulama

25 Januari 2023
Kenapa Rumput Tetangga Lebih Hijau?
Khazanah

Kenapa Rumput Tetangga Lebih Hijau?

21 Desember 2022
Serat Tripama
Khazanah

Serat Tripama dan Ajaran Tentang Cinta Tanah Air

15 Desember 2022
umur para nabi
Khazanah

Umur Para Nabi, 25 Nabi yang Wajib Diketahui Hingga Nabi Khidir dan Nabi Uzair

13 Desember 2022
kitab al-filaha
Khazanah

Kitab Al-Filaha Ibnu Awwam, Induknya Ilmu Pertanian

6 Desember 2022
buntil
Khazanah

Buntil, Makanan Khas Jawa yang Kian Langka

5 Desember 2022
Lainnya
Selanjutnya
Menjaga Martabat dan Kebutuhan Anak Perempuan

Menjaga Martabat dan Kebutuhan Anak Perempuan

Pendidikan anal dalam keluarga

[FOKUS] Filosofi Pendidikan Keluarga: Anak Hanya Titipan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

4 Februari 2023
Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

4 Februari 2023
3 Petani Pakel

3 Petani Pakel Banyuwangi Ditangkap, Aliansi Masyarakat Sipil Desak Jokowi Segera Selesaikan Kasus Pakel

4 Februari 2023
Geliat Cagar Budaya

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023
cap go meh 2023

Besok, Puncak Cap Go Meh 2023 Dikenal dengan Festival Lampion

4 Februari 2023
jus untuk menurunkan gula darah

11 Jus untuk Menurunkan Gula Darah, Efektif dan Perlu Dicoba

4 Februari 2023
Penculikan Anak

Darurat Penculikan Anak, Ortu Wajib Lakukan ini Sebagai Antisipasi

4 Februari 2023

SOROTAN

Geliat Cagar Budaya
Opini

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

:: Redaksi Barisan.co
4 Februari 2023

Cagar Budaya dan Teknologi Digital

Selengkapnya
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
Perlindungan PRT

Rentan Alami Kekerasan, Perlindungan Terhadap PRT Perlu Perhatian Serius

2 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang