Scroll untuk baca artikel
Berita

Pramono-Rano Pimpin Jakarta, Laode Basir Ungkap Rahasia Kolaborasi dengan Anies Baswedan

×

Pramono-Rano Pimpin Jakarta, Laode Basir Ungkap Rahasia Kolaborasi dengan Anies Baswedan

Sebarkan artikel ini
Laode Basir Ungkap Rahasia Kolaborasi dengan Anies Baswedan
Laode Basir/Foto: JakNews Channel

Laode Basir, Juru Bicara Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno, menjelaskan bahwa kolaborasi antara mereka dan Anies Baswedan dilatarbelakangi oleh kesamaan ideologi, dengan fokus pada keberpihakan terhadap rakyat miskin Jakarta dan kesinambungan program-program yang telah ada.

BARISAN.CO – Pramono Anung dan Rano Karno, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, berhasil meraih kemenangan satu putaran pada pemilihan yang berlangsung baru-baru ini.

Kemenangan ini disambut dengan rasa syukur dan antusiasme tinggi dari para pendukung, termasuk relawan yang tergabung dalam berbagai kelompok, salah satunya kelompok yang dikenal dengan nama “Anak Abah.”

Laode Basir, Juru Bicara Tim Pemenangan Pramono-Anung-Rano Karno, mengungkapkan bahwa kemenangan tersebut bukan hanya hasil kerja keras tim, tetapi juga berkat dukungan dari seluruh elemen masyarakat Jakarta.

“Sebagai manusia, kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kemenangan ini adalah berkat perjuangan bersama dari seluruh elemen pendukung Mas Pram dan Bang Dul,” ujar Laode dalam wawancara di acara Jakarta Night Talk, yang tayang di Channel YouTube JakNews, Senin (03/02/2025).

Kemenangan tersebut disambut meriah oleh para pendukung, bahkan ada yang langsung mengajukan permintaan untuk mengadakan syukuran. Namun, Laode mengungkapkan tantangan yang dihadapi tim, yakni menahan antusiasme tersebut.

“Kami sempat kesulitan untuk menahan keinginan warga yang ingin merayakan kemenangan ini, meskipun secara de facto pengumuman resmi dari KPU masih belum diumumkan,” tambah Laode.

Dalam suasana kemenangan tersebut, Laode juga memberikan gambaran mengenai hubungan antara relawan dari berbagai kelompok, termasuk kelompok yang mendukung Anies Baswedan sebelumnya.

Menurutnya, meski terdapat perbedaan pandangan politik pada awalnya, ada banyak kesamaan dalam ideologi dan visi yang dimiliki oleh Mas Pram dan Bang Dul.

“Sejak Pilkada 2017, kami sudah dekat dengan Mas Anies. Banyak inspirasi yang saya dapatkan, terutama terkait kepemimpinan yang berpihak pada rakyat kecil,” jelas Laode.

Laode menambahkan bahwa salah satu faktor penting dalam mendukung Pramono-Anung-Rano Karno adalah keberlanjutan program-program yang telah berjalan dengan baik oleh gubernur sebelumnya, terutama program-program yang menyasar kalangan masyarakat miskin dan kurang beruntung.

“Bagi kami, penting untuk memilih pemimpin yang memiliki ideologi yang berpihak pada wong cilik. Dalam hal ini, Mas Pram dan Bang Dul telah menunjukkan komitmen untuk melanjutkan program-program seperti penataan kampung dan akses transportasi bagi masyarakat yang kurang mampu,” ungkap Laode.

Menurut Laode, komunikasi antara tim Pramono dan Anies juga sudah berjalan dengan lancar. Meskipun tidak ada pertemuan langsung yang terpublikasi, hubungan baik antara keduanya terbentuk melalui komitmen bersama untuk memajukan Jakarta.

“Tentu, kalau Mas Pram dan Bang Dul meminta masukan dari Mas Anies dan mantan-mantan gubernur, itu hal yang sangat baik. Pembangunan yang berkelanjutan adalah tujuan kita semua,” tambahnya.

Membangun Jakarta dengan Kolaborasi

Laode menegaskan bahwa kolaborasi adalah kunci utama dalam kepemimpinan. Sebagai contoh, meskipun terdapat perbedaan ideologi antara pendukung Pramono-Anung-Rano Karno dan pendukung Ahok, kedua pihak akhirnya bisa berkolaborasi demi Jakarta yang lebih baik.

“Kami yang dulu mendukung Mas Anies dan sekarang mendukung Mas Pram dan Bang Dul, akhirnya bisa bekerja bersama-sama untuk kemenangan ini. Perbedaan pandangan politik tidak lagi menjadi halangan untuk bersatu demi kepentingan Jakarta,” jelas Laode.

Dukungan untuk Pramono-Anung-Rano Karno semakin kuat dengan adanya pertemuan antara relawan “Anak Abah” dan pendukung lainnya, seperti yang terjadi di Senayan, di mana komunikasi yang sebelumnya dianggap sulit akhirnya bisa berjalan dengan baik.